Suara.com - Dunia otomotif dan olahraga berduka. Sebuah kecelakaan tragis di Spanyol yang melibatkan supercar mewah merenggut nyawa dua pemuda, yang dilaporkan adalah pesepakbola yang juga bintang Liverpool, Diogo Jota dan saudaranya.
Peristiwa ini sontak mengarahkan sorotan tajam pada mobil yang terlibat: sebuah mobil mewah Lamborghini Huracan.
Bukan sekadar berita kecelakaan, insiden ini adalah studi kasus yang memaksa kita, para pencinta otomotif, untuk mengupas lebih dalam hubungan kompleks antara manusia, mesin bertenaga ekstrim, dan variabel tak terduga di jalanan.
Mengenai supercar yang digunakan Jota, dari berbagai sumber media Eropa, diketahui modelnya adalah Huracán LP640-4 Performante, bukanlah sekadar supercar biasa.
Mobil ini merupakan sebuah monster sirkuit yang dilegalkan untuk jalan raya dengan harga selangit. Namun, di balik keagungannya, tersimpan risiko dan riwayat yang perlu kita pahami.
Mengenal Sang Banteng: Lamborghini Huracan LP640-4 Performante
Bagi pencinta mobil kencang, Lamborghini Huracan Performante adalah perwujudan mimpi.
Diluncurkan pada 2017, ia bukanlah Huracan standar. Varian ini dirancang dengan satu tujuan: memecahkan rekor.
Dengan mesin V10 5.2 liter naturally aspirated yang menghasilkan 640 tenaga kuda, mobil ini mampu melesat dari 0-100 km/jam hanya dalam 2,9 detik.
Baca Juga: Kisah Paus Fransiskus Tolak Lamborghini Senilai Rp3,5 Miliar, Pilih Sumbangkan ke Afrika dan Irak
Keistimewaannya terletak pada teknologi aerodinamika aktif bernama Aerodinamica Lamborghini Attiva (ALA) dan penggunaan material ringan seperti forged carbon fibre, yang membuatnya lebih lincah dan buas di tikungan.
Namun, performa setinggi ini menuntut respek, keahlian, dan kewaspadaan yang jauh melampaui mobil konvensional.
Titik Lemah Tak Terduga: Dari Pecah Ban Hingga Riwayat Recall
Laporan awal berdasarkan laman zamoranews mengindikasikan penyebab kecelakaan tragis ini adalah pecah ban (tire blowout) saat mobil melaju dalam kecepatan tinggi.
Di tengah kecanggihan sasis serat karbon dan aerodinamika aktif, komponen paling mendasar—kontak antara mobil dan aspal—justru bisa menjadi titik kegagalan paling fatal.
Pecah ban pada kecepatan 200 km/jam atau lebih di sebuah supercar dengan profil ban tipis adalah resep bencana.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Berapa Harga Mobil Bekas Denza D9? Ini Pesaing Alphard dengan Fitur Super Canggih
-
5 Rekomendasi Ban Tubeless untuk Honda Revo yang Aman dan Nyaman
-
5 Rekomendasi Ban Tubeless untuk Honda Vario 125 yang Aman di Jalan Licin
-
QJMotor Siapkan 4 Produk Baru Tahun Depan, Perkuat Segmen Motor Sport Tapi Matic
-
Kuis Sejarah Otomotif: Siapa Penemu Mobil Pertama di Dunia?
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
5 Mobil Keluarga Mirip BYD Atto 1 dengan Kabin Luas dan Fitur Canggih
-
5 Rekomendasi Aki Motor Terbaik untuk Honda BeAT yang Awet dan Murah
-
7 Mobil Listrik Paling Laris Penguasa Pasar RI: Fiturnya Canggih Nan 'Ngeri'
-
5 City Car untuk Ibu Rumah Tangga yang Nyaman, Irit, dan Praktis