Otomotif / Mobil
Sabtu, 09 Agustus 2025 | 16:11 WIB
Ilustrasi mobil BMW. (pixabay/Laney5569)

Suara.com - Siapa yang tidak tergiur melihat sedan BMW atau Mercedes-Benz bekas dengan harga setara mobil LCGC baru atau Avanza?

Di balik gengsi dan kenyamanan premium itu, ada potensi 'bom waktu' yang bisa menguras habis tabungan Anda.

Pada bahasan ini, kami membongkar tuntas 5 masalah umum mobil Eropa bekas yang wajib Anda waspadai sebelum akhirnya salah langkah.

Pesona mobil Eropa memang sulit ditolak; desainnya yang seolah tak lekang oleh waktu, handling mantap, dan mesin bertenaga adalah beberapa keunggulannya.

Namun, reputasi "mahalnya biaya perawatan" dan "sukarnya suku cadang" bukanlah isapan jempol belaka.

Ini terjadi karena mobil-mobil tersebut dibekali teknologi canggih yang perawatannya menuntut teknisi terampil dan peralatan khusus.

Mari kita bedah satu per satu biang kerok yang sering membuat pemiliknya pusing tujuh keliling.

1. Kaki-kaki Ringkih, Kenyamanan Berbiaya Tinggi

Mercedes-Benz E-Class W124 (1985–1996)

Kenyamanan suspensi mobil Eropa memang legendaris, tapi kemewahan itu ada harganya, terutama saat melibas jalanan Indonesia yang tak semulus di benua asalnya. Sektor inilah yang paling pertama 'protes' jika tidak dirawat.

Baca Juga: Cuma Modal Rp 100 Jutaan, 9 Mobil Bekas Keren Ini Bisa Jadi Milikmu

Bushing dan Arm: Komponen karet ini cenderung lebih cepat getas dan aus akibat kondisi jalan dan iklim tropis, menimbulkan bunyi 'gluduk-gluduk' yang mengganggu.

Suspensi Udara (Airmatic/Air Suspension): Fitur mewah ini sangat nyaman, namun jika bocor atau kompresornya rusak, biaya penggantian satu sisinya saja bisa setara harga motor matic baru.

Velg Profil Tipis: Tampilannya memang keren, tapi sangat rentan peyang atau retak saat menghantam lubang di kecepatan tinggi.

2. 'Hantu' Kelistrikan dan ECU yang Super Sensitif

Ini adalah momok terbesar bagi calon pembeli mobil Eropa bekas. Sistem kelistrikan yang kompleks seringkali menjadi sumber masalah yang sulit dan mahal untuk didiagnosis.

Sensor di Mana-mana: Mobil Eropa modern memiliki puluhan sensor (ABS, parkir, oli, udara). Satu saja malfungsi, lampu indikator di dasbor akan menyala dan terkadang bisa merembet ke fungsi lainnya.

ECU (Engine Control Unit): "Otak" mobil ini sangat rentan. Biaya perbaikan atau penggantian ECU bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Wiring Harness Getas: Seiring usia, pembungkus kabel bisa menjadi rapuh, memicu risiko korsleting yang sulit dilacak letaknya.

Potensi Overheat: Pada mobil berusia di atas 10 tahun, sistem pendingin yang tidak prima bisa menyebabkan overheat, yang berisiko fatal merusak komponen kelistrikan dan mesin.

3. Transmisi Mekatronik, Si Canggih yang Manja

Transmisi otomatis pada mobil Eropa, terutama yang sudah mengadopsi teknologi dual-clutch (DSG) atau sistem mekatronik, menawarkan perpindahan gigi yang halus dan cepat. Namun, perawatannya tidak bisa dianggap remeh.

Gejala Khas: Waspadai gejala perpindahan gigi yang kasar atau 'jedug', getaran saat mobil berjalan pelan, atau transmisi yang tiba-tiba masuk ke mode aman (limp mode).

Unit Mekatronik: Komponen ini adalah gabungan rumit antara mekanis, hidrolik, dan elektronik. Jika rusak, perbaikannya sangat mahal dan seringkali opsinya adalah ganti satu unit utuh.

Oli Transmisi: Wajib menggunakan oli dengan spesifikasi khusus dan diganti secara rutin. Lalai sedikit saja bisa berakibat fatal pada kesehatan transmisi.

4. Sistem Pendingin yang 'Tak Akrab' dengan Iklim Tropis

BMW 5 Series Sedan [oto.com]

Mesin mobil Eropa dirancang presisi dan sangat sensitif terhadap suhu. Sayangnya, beberapa material pada sistem pendinginnya seringkali kurang tahan banting menghadapi panasnya iklim Indonesia.

Material Plastik: Pipa radiator, tabung reservoir, dan thermostat housing seringkali terbuat dari plastik yang mudah getas, retak, atau rapuh seiring waktu dan paparan panas.

Water Pump & Thermostat: Dua komponen vital ini punya usia pakai. Jika gagal berfungsi, mesin akan overheat dalam sekejap.

Radiator: Desainnya yang memiliki banyak kisi-kisi sempit membuatnya rentan tersumbat jika tidak dirawat dengan cairan pendingin berkualitas.

5. Biaya Servis dan Suku Cadang yang Bikin 'Insecure'

Ini adalah kesimpulan dari semua masalah di atas: semuanya berujung pada biaya. Harga beli mobilnya mungkin sudah murah, tapi biaya "memeliharanya" adalah cerita yang berbeda.

Harga Suku Cadang: Komponen orisinal (ori) harganya bisa membuat kaget, sementara opsi aftermarket atau KW seringkali tidak presisi dan diragukan daya tahannya.

Bengkel Spesialis: Anda tidak bisa membawanya ke sembarang bengkel. Perawatannya butuh mekanik yang paham, serta alat diagnosis (scanner) khusus yang tarif jasanya jelas lebih tinggi dari bengkel umum.

Pajak Kendaraan Tahunan: Mayoritas mobil Eropa mengusung mesin dengan kubikasi besar, yang berarti Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tahunannya juga lebih mahal dibandingkan mobil Jepang sekelasnya.

Membeli mobil Eropa bekas bukanlah hal yang terlarang, tapi ini adalah permainan untuk pembeli yang cerdas dan terinformasi.

Ini bukan lagi sekadar tentang gengsi, tapi tentang kesiapan Anda secara mental dan finansial untuk merawat sebuah mahakarya rekayasa otomotif.

Selalu siapkan dana darurat untuk perbaikan tak terduga, dan yang terpenting: lakukan inspeksi menyeluruh di bengkel spesialis terpercaya sebelum Anda mengucapkan kata 'deal'.

Load More