Suara.com - Pebulu tangkis tunggal putra Jonatan Christie menilai wasit yang menangani pertandingannya melawan Wang Tzu Wei di babak pertama Malaysia Masters, Rabu, bersikap kurang adil dengan memberikan keputusan yang merugikan posisinya.
"Secara permainan saya merasa semua sudah oke. Tetapi memang ada beberapa keputusan perangkat pertandingan yang saya rasa merugikan. Wasit agak kurang tegas," ujar Jonatan lewat keterangan resmi PP PBSI di Jakarta.
Unggulan ketujuh menceritakan, misalnya lawan beberapa kali mengulur waktu secara tidak wajar, tapi tidak pernah diperingatkan. Tidak hanya itu, beberapa keputusan hakim garis juga dinilai kurang tepat yang diperparah tanpa adanya koreksi dari wasit.
"Ini yang membuat saya agak kesal dan kecewa. Sebenarnya saya coba untuk tetap main fokus, tapi ya hasilnya tidak sesuai dengan keinginan. Belum rezeki," papar Jonatan.
Jonatan tersingkir di babak pertama setelah melalui pertarungan sengit tiga gim melawan Wang berakhir dengan kejar-kejaran poin di penghujung gim penentu.
Pebulu tangkis Taiwan itu mengalahkan Jonatan dengan skor 21-16, 18-21, 25-27 setelah berjuang selama 93 menit di Axiata Arena, Kuala Lumpur.
Jonatan sebenarnya bisa menguasai pertandingan kali ini, tetapi beberapa keputusan perangkat pertandingan membuat fokusnya buyar, terutama di poin-poin akhir gim penentuan.
Keputusan paling kontroversial adalah keunggulan dipegang Jonatan dengan 20-18, kemudian ia mengarahkan shuttlecock ke sisi kiri yang tidak bisa dijangkau Wang Tzu Wei.
Namun anehnya, shuttlecock itu awalnya dinyatakan masuk oleh hakim garis, tapi kemudian dikoreksi wasit menjadi keluar.
Baca Juga: Hasil Piala AFF U-19 2022: Gagal Taklukkan Thailand, Posisi Timnas Indonesia di Klasemen Merosot
"Tapi kembali lagi, apapun itu harus tetap bersyukur. Walau hasilnya tidak menggembirakan karena saya kalah di babak pertama, tapi positifnya mungkin saya bisa rehat sejenak sambil menyiapkan fokus dan tenaga untuk kembali bertarung di Singapore Open minggu depan," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Tersingkir dari Australia Open 2025, Jonatan Christie Akui Main Jelek dan Tak Berkembang
-
Australian Open 2025: Jonatan Christie Tumbang, 11 Wakil Indonesia Lolos ke 16 Besar
-
Minus Gregoria Mariska dan Anthony Ginting, Ini 13 Wakil Indonesia di Australian Open 2025
-
Raih 16 Gelar, PB Djarum Juara Umum Muria Cup Sirnas C 2025
-
Alwi Farhan Siap Tempur Hadapi Wang Tzu Wei di 16 Besar Kumamoto Masters 2025
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Tersingkir dari Australia Open 2025, Jonatan Christie Akui Main Jelek dan Tak Berkembang
-
Francesco Bagnaia Dapat Feeling Positif di Valencia, Meski Hasil Musim 2025 Mengecewakan
-
Australian Open 2025: Jonatan Christie Tumbang, 11 Wakil Indonesia Lolos ke 16 Besar
-
332 Tim Ramaikan Biokul Padel Tourney 2025
-
Bulu Tangkis Dapat Dukungan Maksimal di POPNAS 2025: Persaingan Pelajar dari 38 Provinsi Memanas
-
Fajar/Fikri Menang Meyakinkan, Tantang Wakil Taiwan di 16 Besar Australian Open 2025
-
Ana/Trias Tancap Gas, Libas Unggulan Keempat di 32 Besar Australian Open 2025
-
Hat-trick Juara Umum! Dominasi Satu Tim Berlanjut di AAUI Cup 2025
-
Anak Eks Persija Jakarta Resmi Gabung Gresik Petrokimia, Bareng Shella Bernadetha
-
Gabung Jakarta Livin Mandiri, Arimbi Syifana Berpotensi Pecahkan Rekor dalam Sejarah Proliga