Suara.com - Katak bertaring atau Limnonectes larvaepartus, spesies katak baru yang ditemukan di Sulawesi rupanya tidak saja unik karena taringnya tetapi juga karena caranya berkembang biak.
Dalam pelajaran biologi selalu dijelaskan bahwa binatang amfibi, termasuk katak, berkembang biak dengan cara bertelur, berbeda dari mamalia yang melahirkan anak-anaknya. Tetapi kata bertaring dari Sulawesi ini berbeda dari keluarga besar amfibi. Ia melahirkan kecebong, cikal bakal katak dewasa.
Katak bertaring dari Sulawesi itu pertama kali ditemukan oleh Jim McGuire, seorang pakar reptil dan amfibi dari Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat, ketika menggelar penelitian di Sulawesi pada pertengahan 2014 lalu. Katak dan kebiasaannya yang unik itu dibeberkan McGuire dan rekan-rekannya dalam artikel di jurnal PLOS ONE edisi 31 Desember kemarin.
McGuire pertama kali menemukan katak itu di hutan Sulawesi. Ketika itu ia melihat seekor kata yang dikiranya seekor jantan kecil. Tetapi ketika dia menangkapnya, ia menemukan bahwa bahwa amfibi itu adalah betina yang sedang melahirkan anak-anaknya.
"Segera setelah saya menggenggamnya, ia langsung menyemburkan kecebong-kecebong di tangan saya," kata McGuire, yang juga menemukan banyak kecebong di sebuah kolam di hutan tersebut.
Menurut McGuire, Limnonectes larvaepartus adalah satu-satunya katak yang berkembang biak dengan cara melahirkan. Binatang itu diduga memilih kolam yang tenang dibanding sungai karena khawatir kecebongnya akan dimangsa oleh katak bertaring yang hidup di sungai. Sementara menurut beberapa temuan, katak bertaring akan menjaga kecebong setelah dilahirkan.
Katak pada umumnya berkembang biak dengan cara bertelur. Pada sebagian besar spesies katak, betina biasanya akan mengeluarkan telurnya kemudian katak jantan akan menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut. Sementara pada belasan spesies katak lainnya, jantan bisa membuahi telur di dalam tubuh katak betina.
Katak temuan McGuire adalah spesies katak bertaring keempat yang ditemukan di Sulawesi. Para peneliti menduga ada sekitar 25 spesies katak bertaring di kawasan Indonesia bagian utara itu.
Adapun nama "katak bertaring" diberikan karena katak itu mempunyai struktur mirip taring pada rahang bagian bawah, yang juga digunakan sebagai alat untuk membela diri dan bertarung.
Sulawesi sendiri, menurut para ahli biologi, adalah salah satu tempat yang diyakini menyembunyikan keragaman hayati paling banyak di dunia. (Live Science)
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
55 Kode Redeem FF 12 Desember 2025: Klaim Skin Salju Gratis dan Bundle Yeti
-
Takut Kehilangan? Ini Cara Mudah Menambahkan AirPods ke Find My iPhone
-
29 Kode Redeem FC Mobile 12 Desember 2025: Tips Berburu Mane dan Gaet Nedved 115 Gratis
-
7 Rekomendasi Memori HP MicroSD Card Terbaik, Kecepatan Baca Super Ngebut Anti Lemot
-
Clair Obscur Expedition 33 Borong Penghargaan di The Game Awards 2025
-
Redmi TV X 2026 Resmi Debut: Tawarkan Panel Mini LED 50 Inci, Harga Rp5 Jutaan
-
51 Kode Redeem FF Terbaru 12 Desember 2025, Klaim Emote Moonwalk dan Skin Winterland
-
Dua Game Baru Tomb Raider Muncul di TGA 2025, Sasar Konsol dan PC
-
23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 12 Desember 2025, Klaim Kartu Glorious dan 5.000 Gems
-
Sony A7 V Resmi Dirilis: Cek Harga, Spesifikasi Lengkap, dan Promo Pre-Order Desember 2025