Suara.com - Pembobolan sekitar 1 miliar akun pengguna layanan email Yahoo pada 2013 diduga dilakukan untuk mengumpulkan data-data penting yang akan dimanfaatkan dalam serangan siber, spionase, perang informasi, serta mencari keuntungan ekonomis.
Kabar tentang pembobolan itu terungkap Rabu (14/12/2016) dan bisa dipastikan sebagai peretasan terbesar dalam sejarah modern. Beberapa bulan lalu Yahoo juga mengakui bahwa sebanyak 500 juta pengguna layanan emailnya diretas pada 2014 silam.
Menurut John Dickson, seorang konsultan keamanan pada Denim Group, data-data yang dicuri dalam pembobolan itu sekilas tampak tak berguna, tetapi sebenarnya akan sangat berharga dalam medan perang informasi, persaingan industri, bahkan spionase.
Dickson, yang pernah bertugas di Pusat Perang Informasi Angkatan Udara Amerika Serikat, mengatakan bahwa jika para peretas mampu membuat sebuah database yang bisa digunakan untuk menemukan informasi-informasi kecil seperti nomor telepon atau tanggal lahir, maka data yang dicuri dari Yahoo itu sangat berharga.
"Jika Anda sedang meriset tentang sebuah target, maka Anda akan menggunakan segala hal yang tersedia," kata Dickson.
Menurut Yahoo, para peretas tidak mengambil nomor kartu kredit atau nomor identitas kependudukan dari akun-akun yang diretas. Karenanya para analis menduga bahwa tujuan dari peretasan ini bukan untuk mencari keuntungan ekonomis.
"Bagi mereka yang menggunakan data sebagai senjata, ini merupakan sesuatu yang sangat bernilai," kata Steve Grobma dari Intel Security.
Sementara James Scott, peneliti senior pada Institute for Critical Infrasctructure Technology - sebuah lembaga think tank bidang keamanan siber di AS - mengatakan bahwa data-data hasil curian dari Yahoo itu tak ditemukan pada pasar-pasar gelap online, tempat informasi-informasi sensitif hasil peretasan diperdagangkan.
"Dan karena sebagian besar korban belum melaporkan adanya pencurian identitas, maka kemungkinan besar pembobolan ini dilakukan bukan demi mencari uang," jelas Scott.
"Ini mengindikasikan bahwa peretasan tersebut adalah sebuah operasi spionase dalam sebuah medan perang informasi," tegas dia.
Yahoo sendiri mengaku tak mengetahui siapa pihak yang membobol layanannya, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa pelaku peretasan "disponsori oleh pemerintahan tertentu".
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
5 Rekomendasi Laptop untuk AutoCAD dengan Harga Miring, Cocok buat Mahasiswa Teknik
-
53 Kode Redeem FF Terbaru 14 Desember 2025, Ada Skin dan Bundle Winterlands
-
24 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 Desember 2025, Klaim Pemain Juventus 111-115
-
8 HP Snapdragon Termurah Desember 2025 untuk Daily Driver, Mulai Sejutaan!
-
Fokus pada Detail Kecil, MONTRA Siap Jadi Standar Baru Proteksi iPhone
-
6 HP RAM 8 GB Rp1 Jutaan untuk Multitasking dan Produktivitas Sehari-hari
-
Game James Bond 007 First Light Muncul di TGA, Karakter Antagonis Terungkap
-
Hujan Meteor Geminid 2025 Malam Ini 14 Desember, Cek Jam Terbaik untuk Mengamatinya
-
Harga Ponsel 2026 Diprediksi Lebih Mahal, RAM 4 GB Kemungkinan Kembali Populer
-
7 HP Murah RAM Besar untuk Game, Paling Worth It Anti Lag