Suara.com - Meski Indonesia mempunyai spesies katak nomor satu di Asia dan nomor dua di dunia setelah brazil, tapi sangat disayangkan 10 persen spesies katak kita terancam punah.
Hal tersebut dikatakan Zainudin yang juga dikenal sebagai peneliti muda dari Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin di sela-sela kegiatan inventarisasi katak di Jawa Barat bersama Prof Satyabhama Das Biju, seorang ahli katak dunia, seperti dilaporkan Antara pada Rabu (22/3/2017).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia, termasuk dari jenis amfibi. Setidaknya saat ini terdapat 436 jenis amfibi di Indonesia yang telah berhasil diidentifikasi dan 178 jenis diantaranya dapat dijumpai di Kalimantan bahkan 73 persen endemik.
Hampir 30 persen amfibi Indonesia digolongkan IUCN Redlist dalam status data deficient atau belum bisa diidentifikasi secara lengkap menurut para ahli herpetofauna IPB.
Kurangnya data baik biologis maupun ekologis mempersulit kegiatan konservasi guna menyelamatkan spesies terancam.
"Diperlukan banyak data baik biologis maupun ekologis untuk menunjang keberhasilan konservasi spesies nasional tersebut, sedangkan penelitian atau bahkan peneliti untuk hal tersebut masih dapat dikatakan sedikit," kata Zainudin.
Dia melanjutkan, "Selain amfibia, Pulau Kalimantan juga memiliki keragaman reptil yang luar biasa. Bahkan Kalimantan dikenal sebagai surganya para herpetologist di dunia. Buaya senyulong (Tomistoma schegelli), tuntong laut (Callagur borneoensis), dan Biawak tanpa telinga (Lanthanatus borneensis) adalah merupakan reptilia yang paling diminati pemerhati hepertofauna dunia ini juga termasuk dalam daftar yang terancam punah."
Sementara itu, Profesor Biju terus memberikan dorongan kepada para peneliti muda yang mengikuti workshop-nya pada tanggal 12-18 Maret lalu, dengan tema "Amphibian Field Ecology & Taxonomy" di Research Center for Climate Change - Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
"Indonesia mempunyai banyak spesies herfetofauna, terutama amfibi, hal ini hendaknya menjadi peluang besar bagi peneliti di Indonesia sekaligus menjadi tugas besar bagi para peneliti, tidak ada yang tidak mungkin untuk menemukan spesies baru dan mempublikasikannya," ucap Prof. Biju.
Baca Juga: Mau Keuangan Masa Depan Aman? Katakan Tidak untuk 6 Hal Ini
Perubahan iklim, hilangnya habitat dan perburuan merupakan merupakan momok yang mendorong terjadinya kepunahan massal bahkan menjadi 100 kali lebih cepat, sementara informasi mengenai objek-objek yang dikonservasi tersebut minim.
"Inilah yang dapat menyebabkan, spesies tersebut punah sebelum dipelajari atau bahkan ditemukan. Untuk itu perlu adanya upaya perlindungan bagi spesies-spesies hepertofauna yang ada, terlebih yang belum teridentifikasi dan terisolasi," jelas Zainudin.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
Redmi Turbo 5 Bakal Lebih Tangguh dengan Baterai Jumbo
-
Microsoft Dikecam Akibat Fitur Gaming Copilot yang Langgar Privasi
-
Komdigi Target 38 Kabupaten/Kota Punya Kecepatan Internet 1 Gbps di 2029, Ini Caranya
-
3 Cara Menghubungkan iPhone ke PC, Mudah dan Cepat untuk Transfer Data
-
BRIN Gelar INARI EXPO 2025: Dorong Kolaborasi dan Riset untuk Ekosistem Inovasi Berkelanjutan
-
28 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 Oktober: Klaim 60.000 Token dan 9.500 Gems di Hari Sumpah Pemuda
-
Spesifikasi Moto G06 Power: HP Murah Sejutaan dengan Baterai Jumbo 7.000 mAh
-
HP Murah Honor X6b Plus Debut: Harga Sejutaan, Usung Helio G85 dan Memori 256 GB
-
Apa Tugas Wapres Menurut UU? Gibran Jadi Sorotan AI Usai Hadiri Acara Mancing Gratis
-
5 Fakta Petisi Pembatalan Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025