Suara.com - Anda tidak sepenuhnya salah jika berpikir bahwa kebijakan karantina yang memaksa kita tinggal di rumah hanya bisa menguntungkan lingkungan.
Polusi di kota-kota besar menurun drastis, hewan liar semakin berani merambah perkotaan, dan banyak jalur sepeda dibuka di seluruh dunia.
Tetapi ceritanya berbeda di hutan tropis.
Organisasi lingkungan melaporkan peningkatan deforestasi di tengah 'lockdown', seiring dengan meningkatnya perburuan dan penyelundupan binatang liar hingga pertambangan liar di seluruh dunia.
Trennya mencengangkan, kata pakar, dan bisa sulit dikembalikan.
"Narasi bahwa lingkungan dapat istirahat selagi Covid-19 tidak sepenuhnya akurat," kata Sebastian Troeng, presiden eksekutif NGO Conservation International.
"Ini akurat di kota dan area urban. Tapi, sayangnya, di wilayah terpencil kondisinya berbalik."
Troeng mengatakan terlalu dini untuk mengetahui data terkait besaran masalah sejak karantina dimulai, tapi kantornya telah menerima laporan harian tentang peningkatan deforestasi dari penjuru dunia.
Brasil dan Kolombia telah mengalami peningkatan perambahan hutan dan pertambangan ilegal: Filipina juga melaporkan perambahan hutan ilegal dan penyelundupan hewan liar.
Baca Juga: Pameran Otomotif Ditunda Akibat Pandemi, Pergelaran Satu Ini Jalan Terus
Kenya melaporkan peningkatan perburuan gading gajah dan hewan liar khas Afrika, juga peningkatan produksi arang, yang telah dianggap ilegal sejak 2018.
Kamboja juga mengalami peningkatan pemburuan hewan liar, perambahan hutan dan pertambangan; laporan yang sama juga datang dari Venezuela dan Madagaskar.
Kesempatan dan keharusan
Kekhawatiran serupa terjadi di Malaysia dan Indonesia, yang memiliki tingkat deforestasi tertinggi di Asia Tenggara, sementara suku asli Ekuador dan komunitas keturunan Afrika melaporkan peningkatan pertambangan liar di Choco dan hutan hujan Amazon.
Ada dua faktor utama yang bisa mendorong tren tersebut, kata Troeng.
Yang pertama adalah kelompok kriminal dan oportunis yang meningkatkan aktivitasnya, mengambil keuntungan dari karantina wilayah dan menurunnya pengawasan hutan dan jumlah petugas pemerintah.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
HP Murah Vivo Y21d Lolos Sertifikasi di Indonesia, Fitur Tahan Banting
-
NVIDIA Suntik Puluhan Triliun Rupiah, Harga Saham Intel Langsung Meroket
-
Redmi Pad 2 Pro: Bocoran Spesifikasi Gahar, Baterai 12.000 mAh, Siap Meluncur Minggu Depan?
-
Tencent Tuduh Sony Memonopoli Game usai Digugat, Sebut Horizon Tidak Orisinal
-
Telkomsel Pertajam Kepiawaian Generasi Muda Manfaatkan Teknologi AI lewat IndonesiaNEXT Summit 2025
-
55 Kode Redeem FF Terbaru 19 September 2025: Ada Skin Scar, XM8, dan Diamond
-
GoTo Kantongi Rp 4,65 Triliun Siap Ekspansi dan Dorong Pertumbuhan Ekosistem Digital
-
Peluncuran iPhone 17 Picu Penipuan Online di Seluruh Dunia
-
15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 September: Ribuan Gems dan Pemain 111 Menanti
-
AMD Ryzen AI 300 Series Otaki Laptop AI Tercanggih Hadir di Lenovo Yoga Pro dan IdeaPad!