Suara.com - Pengamat kelautan dan perikanan dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Chaterina Agusta Paulus,MSi mengatakan ada lima faktor yang menyebabkan belasan ekor paus pilot terdampar di pesisir NTT beberapa waktu terakhir.
Seperti diwartakan sebelumnya selama Juli 2020 ada setidaknya 12 ekor paus yang terdampar di garis pantai NTT. Sebelas di antaranya akhirnya mati.
"Ada lima faktor yang menjadi penyebab paus terdampar dan mati," kata Chaterina Agusta Paulus di Kupang, Selasa (4/8/2020).
Faktor pertama adalah upwelling - pengadukan massa air laut dalam yang dingin dan air permukaan yang hangat - di Laut Sawu. Menurut Chaterina Laut Sawu sangat dinamis, karena merupakan pertemuan dua massa arus besar dari Samudera Hindia dan Laut Banda.
"Laut Sawu bagaikan kolam raksasa yang sangat dinamis akibat pergerakan massa air laut," imbuh dia.
Faktor kedua adalah kondisi paus tua sakit atau cedera. Seringkali hewan yang muncul di pantai menjadi kelelahan, kurang gizi, atau belum makan karena mereka sakit.
"Tetapi ini kebanyakan terjadi saat hanya satu ekor paus pilot terdampar dan tidak berkelompok," kata Chaterina.
Ketiga adalah kesalahan navigasi. Aspek-aspek tertentu dari garis pantai atau dasar laut dapat membingungkan paus, terutama jika hewan ini berkeliaran di luar habitat biasanya. Ini bisa terjadi di tempat seperti ujung Pulau Raijua, tempat paus pilot sering kali terdampar.
"Adakalanya hal ini terjadi karena fitur geografis dari garis pantai," jelas Chaterina.
Baca Juga: Sebelas Ekor Paus Pilot Terdampar di Sabu Raijua, Cuma 1 yang Selamat
Faktor ke empat adalah karena mengikuti pemimpin kelompok (social bonding). Artinya, jika seekor paus yang menjadi pimpinan kawanan terluka atau tersesat, maka kawanannya akan mengikuti.
Kemungkinan kelima adalah suhu air yang lebih hangat.
"Kemungkinan ini berpengaruh terjadi saat arah mangsa bergerak dan sebagai akibatnya paus mengikuti arah mangsa bergerak seperti menuju perairan hangat (bisa juga dekat dengan pantai)," tutup dia. [Antara]
Berita Terkait
-
Gelombang Maut dari Rusia, Bagaimana Tsunami Jepang Menjerat Paus Raksasa di Pantai?
-
Paus Sperma Sepanjang 20 Meter Terdampar di Situbondo
-
Terombang-ambing di Lautan, Pendayung Ini Dikepung Kawanan Paus Pilot: Saya Menyukainya tapi Khawatir
-
500 Paus Pilot Ditemukan Mati Terdampar di Pantai Selandia Baru
-
14 Paus Sperma Ditemukan Mati di Pantai Tasmania
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
BCA Rilis Aplikasi myBCA versi Smartwatch, Bisa Apa Saja?
-
Harga Spotify Premium di Indonesia Makin Mahal Gegara AI, Cek Daftar Harga Barunya
-
15 Kode Redeem FC Mobile 17 November: Dapatkan Ribuan Gems dan Anniversary Pack
-
Garena Rilis Game Baru Choppy Cuts, Ada Karakter Free Fire
-
Cara Mematikan Autocorrect di iPhone dengan Mudah
-
Cara Mematikan Fitur Autocorrect di HP Android agar Mengetik Bebas Gangguan
-
Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2026 Lengkap
-
5 Rekomendasi Tablet Multitasking Terbaik untuk Ilustrator
-
Empat Tim Esports Indonesia Siap Tempur di APAC Predator League 2026
-
7 Tips Memilih Smartwatch yang Tepat untuk Android, iPhone, dan Gaya Hidup