Tekno / Sains
Kamis, 03 September 2020 | 09:35 WIB
Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]

Untuk simulasi face shield, pelindung awalnya membelokkan tetesan ke bawah setelah batuk. Tapi tetesan kecil tetap tergantung di bagian bawah pelindung dan kemudian melayang di sekitar sisi, hingga akhirnya menyebar sekitar 0,9 meter ke depan dan samping manekin. Dalam beberapa kasus, tetesan menyebar ke belakang.

Sedangkan simulasi untuk masker dengan katup, semburan tetesan melewati katup di bagian depan masker selama batuk. Awalnya, semburan tetesan ini bergerak menuju bawah, tetapi akhirnya tetesan tersebut menyebar ke area yang luas.

Para ilmuwan juga menguji dua merek berbeda dari masker bedah yang tersedia secara komersial. Kedua masker ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan medis oleh produsen.

Meskipun masker terlihat serupa, satu merek efektif menghentikan penyebaran tetesan aerosol ke depan, sementara yang lain memungkinkan sejumlah besar tetesan bocor melalui masker.

"Ini menunjukkan bahkan di antara masker yang tersedia secara komersial yang mungkin tampak serupa, terdapat perbedaan mendasar yang signifikan dalam kualitas dan jenis bahan yang digunakan untuk membuat masker," kata penulis, dikutip melalui Science Alert, Kamis (3/9/2020).

Ilustrasi Face Shield. (Unsplash)

Karena penelitian ini adalah simulasi, studi itu tidak memberikan data tentang kondisi pasti yang akan menyebabkan penyebaran infeksi. Misalnya, tidak jelas berapa lama virus Covid-19 tetap menular di udara, seberapa jauh partikel infeksi dapat menyebar, atau berapa banyak virus yang disebarkan untuk membuat seseorang sakit.

Penulis penelitian ini juga mencatat bahwa bahkan masker terbaik pun memiliki tingkat kebocoran tertentu. Sehingga masih penting untuk menjaga jarak fisik saat memakai masker untuk mengurangi penularan.

Load More