Permasalahan yang kemudian timbul adalah apakah pengetahuan yang diperoleh tersebut sudah tepat atau malah keliru?
Menangkal isu dampak negatif PRG
Walau PRG telah banyak dikonsumsi di Indonesia, ada berapa misinformasi terkait dampak produk ini yang perlu diluruskan.
Salah satunya adalah bahwa mengkonsumsi produk berbasis PRG akan menyebabkan efek alergi. Efek ini dapat disebabkan oleh perpindahan gen dari organisme penyebab alergi ke organisme yang tidak menyebabkan alergi. Oleh sebab itu, WHO tidak menyarankan untuk membuat PRG dari organisme penyebab alergi kecuali dapat dibuktikan tidak menyebabkan alergi. Namun hingga saat ini belum ada efek alergi yang ditemukan pada pangan rekayasa genetika yang dipasarkan.
Bahkan dengan adanya modifikasi, PRG dapat dihilangkan sifat penyebab alerginya. Salah satu contohnya adalah produk gandum bebas protein gluten.
Isu lainnya adalah bahwa mengkonsumsi produk PRG akan menyebabkan resistansi antibiotik.
Isu tersebut disebabkan oleh perpindahan gen dari PRG yang proses pembuatannya menggunakan gen resistansi antibiotik sebagai penanda selama proses modifikasi genetik. Para peneliti kemudian dapat menggunakan penanda untuk memilih gen baru dengan sifat yang diinginkan.. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan risiko resistansi antibiotik akibat mengonsumsi PRG sangat rendah.
Permasalahan lain yang juga gencar diperdebatkan adalah perpindahan silang tanaman PRG dengan tanaman non-PRG. Hal tersebut mengkhawatirkan karena secara tidak langsung dapat mempengaruhi keamanan dan ketahanan pangan, seperti tidak terkendalinya hasil persilangan dan menurunkan keanekaragaman tanaman. Kondisi ini berujung pada penurunan kesediaan pangan.
Namun, hasil riset menunjukkan transfer gen dari tanaman PRG sangat rendah. Terlebih lagi, tanaman PRG dapat meningkatkan kesediaan pangan.
Baca Juga: 750 Juta Nyamuk Mutan Bakal Dilepaskan, Ini Alasannya
Gen tanaman PRG dapat secara tidak sengaja tercampur dalam pakan juga merupakan salah satu keresahan dalam bidang peternakan. Gen PRG dikhawatirkan terkandung dalam produk peternakan (telur, susu, dan daging) yang dikonsumsi manusia. Kenyataannya, tidak terjadi perpindahan gen PRG dari pakan ke ternak, dan gen PRG tidak memengaruhi produk peternakan.
Untuk mengatasi isu-isu tersebut, beberapa negara (seperti Australia) memakai strategi mengurangi lahan campuran atau memisah lahan tanaman rekayasa dengan yang alami.
Salah satu penyakit kronis yang juga ditakuti masyarakat adalah kanker. Penyakit tersebut juga sering menjadi pertanyaan bila mengkonsumsi PRG dalam waktu yang lama. Hingga saat ini belum ada bukti jelas bahwa pangan rekayasa genetika dapat menyebabkan kanker.
Selain menelisik pada bahan pangan yang langsung dikonsumsi manusia, para peneliti juga berusaha mencari pengaruh pakan PRG terhadap kesehatan hewan yang akan menjadi gambaran terhadap kesehatan manusia. Dari beberapa hasil riset pada beberapa produk PRG (kentang, jagung, kedelai, beras, timun, tomat, paprika, kacang polong, dan canola) terhadap beberapa hewan pada jangka waktu lama, tidak ada risiko kesehatan signifikan dari produk PRG.
Ketahanan pangan
Tingginya permintaan bahan pangan, seperti kedelai, yang tidak diimbangi oleh laju produksi dan juga adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena COVID-19 di berbagai daerah menyebabkan melemahnya ketahanan pangan di Indonesia.
Berita Terkait
-
Disarankan Profesor IPB: Ini Cara 'Melatih' Sistem Imun Anda dengan Makanan Fermentasi
-
12 Resep Orek Tempe Pedas Manis yang Enak dan Gampang Dibuat
-
Mau Kulit Cerah? Ini Rekomendasi Skincare dengan Soybean yang Wajib Dicoba!
-
4 Pelembab Kandungan Kedelai Ampuh Jaga Elastisitas Kulit dan Lawan Kerutan
-
4 Rekomendasi Toner Soybean untuk Jaga Kelembapan dan Perkuat Skin Barrier
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
5 Smartwatch yang Kompatibel dengan iOS dan Android, Harga Mulai Rp400 Ribuan
-
5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah yang Cocok untuk Multitasking dan Berbagai Kebutuhan
-
27 Kode Redeem FF Terbaru 22 November 2025, Klaim Hadiahnya Gratis!
-
25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 November 2025: Ada Pemain Glorious, 450 Rank Up, dan 1.500 Gems
-
5 Tablet Murah untuk Edit Video: Spek Dewa, Memori Besar, Harga Mulai Rp2 Jutaan
-
Dua Tablet Murah POCO Siap Masuk ke Indonesia, Usung Chip Kencang Snapdragon
-
26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 November: Ada Pemain 110-115 dan Ratusan Rank Up
-
5 Tablet dengan RAM 12 GB Plus Baterai Jumbo, Multitasking untuk Pekerjaan Berat
-
Spesifikasi RedMagic 11 Pro: Calon HP Gaming Gahar di Indonesia, Chip Super Kencang
-
HP Murah Oppo Misterius Lolos Sertifikasi, Usung Baterai 7.000 mAh