Suara.com - Pada akhir Periode Permian sekitar 252 juta tahun lalu, Bumi mengalami kepunahan massal terbesar yang dikenal dengan The Great Dying.
Sekarang para ilmuwan membuat rekonstruksi paling rinci tentang penyebab dan bagaimana peristiwa itu terjadi, menggunakan fosil cangkang brakiopoda (bivalvia yang mirip dengan kerang modern).
Menurut beberapa perkiraan, 96 persen dari semua spesies laut dan dua pertiga vertebrata darat punah pada akhir Periode Permian.
Sebagian besar para ilmuwan yang telah mempelajari peristiwa tersebut mengatakan bahwa letusan dahsyat dari aktivitas vulkanik di Siberia menjadi penyebabnya.
Letusan itu memompa cukup banyak gas ke atmosfer untuk mengubah iklim dan kimiawi lautan. Namun, beberapa ahli percaya bahwa peristiwa itu disebabkan oleh tabrakan asteroid atau mikroba.
Untuk mempelajari lebih lanjut, Dr Hana Jurikova dari GEOMAR Helmholtz Centre for Ocean Research menggunakan cangkang brakiopoda untuk melacak keasaman laut di periode tersebut.
"Ini adalah organisme mirip kerang yang telah ada di Bumi selama lebih dari 500 juta tahun," kata Jurikova, seperti dikutip IFL Science, Jumat (23/10/2020).
Sampel yang diambil Jurikova termasuk brakiopoda diawetkan dengan baik, dari Alpen selatan sebelum dan selama fase pertama kepunahan. Isotop boron di cangkang menunjukkan keasaman lautan pada saat itu, sebuah metode yang baru-baru ini mulai memberikan pengetahuan tentang kondisi iklim masa lalu.
Menurut Jurikova, cangkang tersebut "tidak bahagia seperti kerang" karena menurunnya tingkat pH membuat kehidupan organisme pembentuk cangkang menjadi sangat sulit.
Baca Juga: Misteri Serangga Keji Berbaju Besi Tahan Dilindas Mobil Terungkap
Dikarenakan peningkatan keasaman adalah hasil dari karbon dioksida yang terlarut dan mencerminkan perubahan atmosfer, Jurikova dan timnya juga dapat memperkirakan dampak iklim.
Dalam laporan Nature Geoscience, para ahli menghitung bahwa karbon dioksida di atmosfer mencapai puncaknya pada 4.400 bagian per juta dan menghangatkan Bumi hampir 10 derajat Celcius.
Selain kondisi panas yang memusnahkan sebagian besar tumbuhan dan hewan darat, perubahan atmosfer juga mempercepat pelapukan. Ini menghasilkan versi ganggang raksasa yang digerakkan oleh pupuk di seluruh dunia, menyebabkan penurunan oksigen secara drastis.
Para penulis penelitian mencatat jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer saat itu, jauh melebihi pembakaran di semua reservoir bahan bakar fosil. Namun, itu terjadi selama puluhan ribu tahun dan tingkat tahunan setidaknya 14 kali lebih rendah dari emisi manusia saat ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Update HyperOS 3 Global Dimulai, Xiaomi 15T Series Dapat Giliran Pertama
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
5 Cara Mengembalikan Foto Lama yang Terhapus di HP Android
-
HP Flagship 'Murah' yang Laris, iQOO 15 Punya Kekurangan di Sektor Optik
-
Cara Convert Pulsa ke DANA dengan Mudah, Praktis untuk Belanja
-
Video Viral Dalam Gerbong Detik-Detik KA Purwojaya Anjlok, Netizen Ikut Tegang
-
Xiaomi 17 Ultra Diprediksi Hadir tanpa Layar Sekunder di Belakang
-
Pembuat Final Fantasy 7 Rebirth Ungkap Karya Manusia Lebih Baik dari AI
-
X Bikin Marketplace, Tapi Cuma untuk Jual Beli Akun Langka
-
57 Kode Redeem FF Terbaru 27 Oktober 2025: Ada Skin Crimson dan SG2 OPM