Tiga tahun terakhir penelitian mereka menunjukkan bahwa cahaya tanah telah turun secara dramatis. Begitu banyak, mereka pikir data mereka cacat.
"Ketika kami menganalisis data tiga tahun terakhir, itu terlihat berbeda," kata Goode sebagaimana melansir laman CNN, Senin (11/10/2021).
"Pantulan telah turun secara nyata. Jadi kami pikir telah melakukan sesuatu yang salah. Jadi kami mengulanginya beberapa kali dan ternyata itu benar."
Mereka melihat data tidak berkorelasi dengan kecerahan matahari yang bervariasi karena siklus Mataharinya, yang berarti penyebabnya pasti sesuatu yang lain.
Apa yang mereka perhatikan adalah penurunan tutupan awan. Sinar Matahari dipantulkan dari puncak awan dan dipantulkan kembali ke angkasa.
Ketika ada penurunan tutupan awan, lebih banyak sinar Matahari yang diizinkan masuk.
“Bumi semakin panas karena cahaya yang dipantulkan berkurang, sehingga semakin banyak sinar Matahari yang masuk, dalam spektrum yang terlihat,” kata Goode.
Penurunan tutupan awan terbesar terjadi di pantai barat Amerika Utara dan Selatan, wilayah yang sama di mana suhu permukaan laut meningkat karena pembalikan kondisi iklim yang disebut Pacific Decadal Oscillation (PDO).
"Di lepas pantai barat Amerika, awan dataran rendah terbakar habis dan lebih banyak sinar Matahari masuk, jadi seperti yang kita lihat, pantulan Bumi telah turun," kata Goode.
Baca Juga: BRIN Telusuri Sejarah Gempa dan Tsunami untuk Antisipasi Bencana
Berita Terkait
-
Tak Terdeteksi, Peneliti Sebut Virus Covid-19 Tidak Berasal dari Wuhan
-
Masuk Oktober 2021, 5 Fenomena Langit Ini Bisa Diamati
-
Hubungan Bumi dengan Plastik Haruskah Diakhiri?
-
Garut Diguncang Gempa Bumi Magnitudo 4,5, Tak Berpotensi Tsunami
-
Bikin Ngiler! Indonesia Punya Harta Karun Senilai Rp19 Ribu Triliun, Apa Itu?
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
22 Kode Redeem FC Mobile 5 November 2025: Banjir Hadiah Rank Up dan Pemain Bintang Gratis
-
Terjemahan Langsung di AirPods Masuk ke Uni Eropa, Kapan Giliran Indonesia?
-
Review Realme 15T 5G: Desain BIkin Pangling, Punya Baterai Jumbo 7.000 mAh
-
5 HP Murah Memori Besar 256 GB, Harga Cuma Rp1 Jutaan
-
5 HP Rp 2 Jutaan Kamera Terbaik, Hasil Jepretan Jernih Cocok Buat Influencer
-
Gubernurnya Tertangkap KPK, Riau Masuk Provinsi Terkorup di Indonesia
-
Moto G67 Power Muncul di Toko Online: Bawa Baterai 7.000 mAh dan Snapdragon 7s Gen 2
-
Tips Bikin PIN ATM Agar Tidak Mudah Ditebak, Kombinasi Kuat, dan Aman dari Pembobolan
-
iQOO Z10R vs Realme 15T: Harga Mepet, Mending Mana Buat Gamer?
-
24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif