Untuk memastikan bahwa real estate digital memiliki nilai, suplai aset tersebut dibatasi – sebuah konsep ekonomi yang dikenal dengan “scarcity value” atau nilai kelangkaan. Sebagai contoh, Decentraland terdiri dari 90.000 petak tanah seluas 50x50 kaki (15,24 meter).
Walaupun terdengar tidak masuk akal, kenaikan nilai investasi real estate virtual nyatanya sudah terbukti. Pada Juni 2021, sebuah dana investasi real estate digital bernama Republic Realm dilaporkan menghabiskan lebih dari US$900.000 untuk membeli sepetak tanah di Decentraland. Menurut DappRadar, sebuah situs untuk melacak data penjualan NFT, transaksi tersebut merupakan pembelian tanah virtual termahal dalam sejarah Decentraland.
Beberapa bulan kemudian, pada November 2021, Metaverse Group membeli petak tanah di Decentraland dengan nilai mencapai US$2,4 juta. Jumlah tanah yang dibeli oleh Metaverse Group hanyalah sebesar 116 petak, atau jauh di bawah 259 petak yang dibeli oleh Republic Realm.
Decentraland bukan satu-satunya platform yang mengalami apresiasi aset. Pada Februari 2021, dunia game virtual Axie Infinity menjual sembilan petak tanahnya dengan nilai ekuivalen sebesar US$1,5 juta. Pada November 2021, properti di platform tersebut mengalami kenaikan valuasi hingga US$2,3 juta per petak tanah.
Namun demikian, terlepas dari meroketnya nilai aset virtual di metaverse, penting bagi investor untuk menyadari bahwa investasi real estate digital sangatlah spekulatif. Tidak ada yang dapat memastikan bahwa ledakan investasi ini akan menjadi masa depan yang menjanjikan, atau menjerumuskan investor pada gelembung properti digital.
Masa depan real estate di metaverse
Apa yang dilakukan oleh perusahaan dan individu dengan tanah digital yang mereka beli kerap memunculkan rasa penasaran.
Sebagai contoh, Metaverse Group membeli tanah di kawasan fashion di Decentraland. Lahan tersebut konon akan digunakan untuk menyelenggarakan acara fashion dan menjual pakaian untuk para avatar. Dengan kata lain, area ini potensial untuk pertumbuhan bisnis dalam metaverse.
Walaupun ruang maya ini masih didominasi investor dan perusahaan, tidak semua real estate di metaverse harus membuat pengguna mengeluarkan jutaan dolar.
Baca Juga: Ghozali Jadi Sultan, Sandiaga Uno Dukung NFT di Indonesia
Pertanyaannya, apa manfaat dari memiliki lahan virtual? Jika dibandingkan, properti fisik di dunia nyata membawa keuntungan yang kasat mata: tempat untuk tinggal, untuk dibanggakan, untuk menyambut keluarga dan teman.
Namun, walaupun properti virtual tidak dapat menyediakan tempat berlindung secara fisik, ada fungsi paralel yang dapat ditemukan di dunia nyata. Dalam transaksi real estate virtual, pengguna dapat membeli tanah untuk dibangun atau membeli rumah yang telah tersedia sesuai selera masing-masing. Para pemilik properti digital ini juga dapat melakukan personalisasi propertinya dengan menghiasnya dengan berbagai obyek digital. Pengguna juga dapat mengundang pengunjung ataupun mengunjungi rumah lain.
Visi ini memang masih terlihat jauh. Namun, walaupun terdengar mustahil, kita harus ingat bahwa ada masanya ketika masyarakat meragukan potensi signifikansi internet dan juga media sosial. Pakar teknologi memprediksi bahwa pada tahun-tahun mendatang, metaverse akan berevolusi menjadi ekonomi yang berfungsi secara penuh, dan memberikan pengalaman digital tersinkronisasi dalam kehidupan kita seperti email dan jejaring sosial yang ada sekarang.
Metaverse adalah fantasi yang menjadi kenyataan bagi seseorang yang dulunya gemar bermain game. Beberapa tahun yang lalu, kesadaran saya yang masih lebih muda mendorong saya berhenti membuang-buang waktu bermain game; untuk kembali belajar dan fokus pada kehidupan “nyata”. Namun, jauh dalam nurani saya, saya berharap bahwa dunia game dapat saling melengkapi dengan dunia nyata, seperti dalam film Real Player One. Sekarang, saya merasa impian ini makin dekat dengan kenyataan.
Artikel ini sebelumnya tayang di The Conversation.
Berita Terkait
-
ARrC X KARAFURU: Kolaborasi Global Bintang K-POP Pendatang Baru dan Koleksi Pop Art Ikonik Indonesia
-
Kemendikdasmen Gandeng Skolla Hadirkan Pengalaman AI dan Metaverse di Belajar Online
-
Nasib Miris NFT Ghozali Everyday Sekarang, Harga Anjlok Parah Hingga Hampir 100 Persen!
-
Gagal Total di Metaverse, Bos Facebook Pede Cuan dari AI
-
Juragan NFT Ghozali Kembali Muncul! Serok Duit Rp28,4 Miliar Sekali Beraksi
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
5 Rekomendasi Laptop untuk AutoCAD dengan Harga Miring, Cocok buat Mahasiswa Teknik
-
53 Kode Redeem FF Terbaru 14 Desember 2025, Ada Skin dan Bundle Winterlands
-
24 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 Desember 2025, Klaim Pemain Juventus 111-115
-
8 HP Snapdragon Termurah Desember 2025 untuk Daily Driver, Mulai Sejutaan!
-
Fokus pada Detail Kecil, MONTRA Siap Jadi Standar Baru Proteksi iPhone
-
6 HP RAM 8 GB Rp1 Jutaan untuk Multitasking dan Produktivitas Sehari-hari
-
Game James Bond 007 First Light Muncul di TGA, Karakter Antagonis Terungkap
-
Hujan Meteor Geminid 2025 Malam Ini 14 Desember, Cek Jam Terbaik untuk Mengamatinya
-
Harga Ponsel 2026 Diprediksi Lebih Mahal, RAM 4 GB Kemungkinan Kembali Populer
-
7 HP Murah RAM Besar untuk Game, Paling Worth It Anti Lag