Suara.com - Ketua Bidang Atlet, Prestasi, dan IT PBESI, Ricky Setiawan mengaku, terus berupaya mendorong kontribusi pemain lokal terhadap industri e-sports tanah air.
Ia berharap, munculnya kreator-kreator maupun pengembang game lokal Indonesia, dapat memacu lebih banyak talenta negeri untuk ikut berkarya dan menjadi unggulan, baik di kancah nasional maupun internasional.
"Komitmen PBESI bermuara kepada sebuah keniscayaan bahwa esports tidak hanya merupakan cabang olahraga yang kompetitif, mendidik, namun juga sebagai industri yang menciptakan nilai ekonomi signifikan bagi ekosistem di sekitarnya," kata Ricky dalam keterangannya, Senin (24/10/2022).
"Untuk itu, PBESI senantiasa mendorong kalangan muda Indonesia untuk ikut andil dalam mengembangkan industri esports melalui potensi, prestasi, dan kreasinya,” sambung dia.
Ricky menambahkan, PBESI terus mendorong keberadaan gim-gim lokal di ranah kompetisi nasional maupun internasional.
Harapannya agar Indonesia tidak lagi hanya menjadi negara pengimpor, tetapi juga memproduksi gim-gim karya anak bangsa yang diwarnai identitas Indonesia kepada dunia.
"PBESI terus mendorong keberadaan gim-gim lokal di ranah kompetisi nasional maupun internasional dengan harapan agar kita tidak lagi hanya menjadi negara pengimpor," ucap dia.
"Bersama-sama, mari kita tingkatkan sumbangsih sektor digital dan ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional, dan harumkan nama esports Indonesia di panggung dunia," jelasnya.
Di sisi lain CEO Anantarupa Studios, Ivan Chen mengakui kalau potensi pasar game di Indonesia sesungguhnya sangat besar.
Baca Juga: Pasar Game Indonesia Ditaksir Capai Rp 35 Triliun Tahun Ini
Menurutnya dengan menggaet sepertiga penduduk Indonesia menjadi pemain, Ivan mengatakan kalau pasar game nasional mampu meraup 1,74 miliar Dolar AS atau setara Rp 27 triliun di tahun 2020.
"Dan angka tersebut diproyeksikan akan terus bertambah menjadi Rp 35 triliun pada tahun ini. Sementara industri esports sendiri ditaksir bernilai 1,1 miliar Dolar AS (Rp 17,1 triliun) pada 2020," kata Ivan dalam keterangannya, Senin (24/10/2022).
Sayangnya, potensi itu tidak dibarengi dengan produk game buatan dalam negeri. Ivan memaparkan, kalau 99,6 persen pemasukan dari industri gim di Indonesia secara keseluruhan masih didominasi oleh produk-produk internasional.
"Kami melihat ini sebagai sebuah tantangan sekaligus peluang emas bagi pemain lokal," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
30 Kode Redeem FC Mobile 18 Desember 2025: Sikat 10.000 Gems Sebelum Event Festive Fixtures
-
52 Kode Redeem FF Terbaru 17 Desember 2025, Ada MP40 Cobra dan Bundle Anniversary Gratis
-
27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Desember 2025, Klaim Kartu Glorious dan Rank Up Gratis
-
Render Anyar Motorola Edge 70 Ultra: Ada Varian Carbon dan Martini Olive
-
Ubisoft Akuisisi Game MOBA Milik Amazon, Kreator Rainbow Six Siege Kembali
-
HP Murah Realme Narzo 90 Debut: Desain Mirip iPhone, Usung Baterai 7.000 mAh
-
4 Tablet RAM 8 GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking Kerja Harian
-
iQOO Tancap Gas Sepanjang 2025, Siap Jadi Penentu Arah Smartphone Berperforma Tinggi di 2026
-
5 HP Spek Dewa Diskon Besar Desember 2025: Cocok Buat Game Berat dan Fotografi
-
Registrasi SIM Card Pakai Face Recognition Mulai 2026, Operator Seluler Klaim Siap Tempur