Suara.com - Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto menegaskan kalau insiden yang terjadi di Rancaekek, Bandung, adalah angin puting beliung.
Guswanto bahkan menyentil peneliti Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin yang menyatakan kalau Rancaekek diserang angin tornado.
"Kami mengimbau bagi siapapun yang berkepentingan, untuk tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kehebohan di masyarakat," kata Guswanto, dikutip dari siaran pers BMKG, Kamis (22/2/2024).
"Cukup lah dengan menggunakan istilah yang sudah familiar di masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat dapat memahaminya dengan lebih mudah," lanjut dia.
Guswanto menerangkan, puting beliung adalah fenomena angin kencang yang bentuknya berputar menyerupai belalai. Dampaknya, angin ini dapat menimbulkan kerusakan di sekitar lokasi kejadian.
Puting beliung terbentuk dari sistem Awan Cumulonimbus (CB) yang memiliki karakteristik menimbulkan terjadinya cuaca ekstrem. Meski begitu, bukan berarti setiap ada awan CB dapat terjadi fenomena puting beliung.
"Dan itu tergantung bagaimana kondisi labilitas atmosfernya," sambung dia.
Guswanto menjelaskan, kejadian angin puting beliung dapat terjadi dalam periode waktu yang singkat dengan durasi kejadian umumnya kurang dari 10 menit.
Prospek secara umum untuk kemungkinan terjadinya dapat diidentifikasi secara general, di mana fenomena puting beliung umumnya dapat lebih sering terjadi pada periode peralihan musim dan dan tidak menutup kemungkinan terjadi juga di periode musim hujan.
Baca Juga: Peneliti BRIN Sebut Rancaekek Diserang Tornado Bukan Puting Beliung
Guswanto mengakui kalau puting beliung dan tornado memang memiliki beberapa persamaan, yakni pusaran angin yang kuat, berbahaya, dan berpotensi merusak.
Ia menambahkan, istilah Tornado itu biasa dipakai di wilayah Amerika Serikat. Ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan km per jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer, maka itu dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa.
"Sementara itu di Indonesia fenomena yang mirip tersebut diberikan istilah puting beliung dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika," tandasnya.
BRIN sebut Tornado
Sebelumnya peneliti Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengakui kalau insiden yang menimpa Rencaekek, Bandung, adalah tornado.
Bahkan Erma mengklaim kalau Tornado Rencaekek adalah insiden tornado pertama yang terjadi di Indonesia sepanjang sejarah.
"Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada hari ini (21/2)," kata Erma dalam akun X alias Twitter @EYulihastin, Kamis (22/2/2024).
"Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini," lanjut dia.
Ia menegaskan kalau tornado beda dengan puting beliung. Menurut Erma, tornado memiliki skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas.
Ia menerangkan, kecepatan angin tornado minimal mencapai 70 km per jam.
"Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat: 56 km/jam. Sudah pernah lihat film Twister 1996?" lanjutnya.
Perbedaan puting beliung dan tornado, lanjut Erma, yakni ada di durasi. Ia menerangkan kalau puting beliung memiliki durasi sekitar 5-10 menit.
"Dalam kasus puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia, hanya sekitar 5-10 menit itu pun sudah sangat lama. Hanya ada satu kasus yg tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021," bebernya.
Erma kembali menegaskan kalau peristiwa di Rancaekek adalah tornado. Sebab struktur angin besar itu mirip seperti yang ada di Amerika Serikat
"Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99% alias mirip bingits!" pungkasnya.
Berita Terkait
-
Peneliti BRIN Sebut Rancaekek Diserang Tornado Bukan Puting Beliung
-
Silang Pendapat BRIN dan BMKG Soal Angin Kencang di Rancaekek: Tornado atau Puting Beliung?
-
Heboh Angin Tornado Pertama di Indonesia Terjadi di Rancaekek Bandung, Ini Penjelasan BRIN
-
Ganas! Badai Tornado Rancaekek Mirip Terjangan di AS 20 Tahun Lalu
-
Angin Puting Beliung Porak Porandakan Pabrik di Rancaekek Bandung, 2 Truk Terbalik
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
-
Usai Dilantik, Menkeu Purbaya Langsung Tanya Gaji ke Sekjen: Waduh Turun!
-
Kritik Sosial Lewat Medsos: Malaka Project Jadi Ajak Gen Z Lebih Melek Politik
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Kamera Terbaik September 2025
-
Ini Dia Pemilik Tanggul Beton Cilincing, Perusahaan yang Pernah Diperebutkan BUMN dan Swasta
Terkini
-
Oppo A6 Pro 5G Lolos Sertifikasi di Indonesia: Pertahankan Fitur Tangguh
-
HP Rp 2 Jutaan Udah Dapet RAM Gede? Berikut 5 Rekomendasinya!
-
Sharp Luncurkan Kulkas Dua Pintu J-TECH Inverter, Gabungan Teknologi Canggih dan Desain Premium
-
Data Bocor, Chipset Anyar Qualcomm Snapdragon Pecahkan Rekor Skor AnTuTu
-
Chip 16 Lapis dan AI Edge: Bagaimana BIWIN Mengubah Masa Depan Teknologi Memori
-
Cara Mudah Edit Foto Viral Hitam Putih Sinematik Ala Fotografer, Modal Prompt AI
-
Cara Bikin SKCK Online via Aplikasi Presisi Polri, Tak Perlu Antri Panjang
-
Usai Sindiran POCO Viral, Kini Giliran Google Pixel Ejek iPhone 17 Series
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Kamera Terbaik September 2025
-
IFA 2025: Acer Perluas Lini Tablet Iconia AI dan Monitor OLED 280Hz Siap Manjakan Mata