Suara.com - Microsoft merilis Laporan Pertahanan Digital 2024 yang menunjukkan peningkatan besar dalam serangan siber. Laporan tersebut menyoroti meningkatnya risiko di dunia daring.
Serangan kata sandi kini terjadi sebanyak 7.000 per detik. Salah satu masalah utama dalam laporan tersebut adalah lonjakan serangan yang didukung oleh negara-negara. Laporan tersebut mengklaim bahwa beberapa negara berada di balik banyak serangan ini.
Dilansir dari Gizchina pada Kamis (17/10/2024), negara yang dicurigai menggunakan peretas untuk mencuri data, menyebabkan kerusakan, dan menyebarkan ransomware. Para peretas ini memiliki dana yang besar dan akses ke alat serta pelatihan yang lebih baik.
Tim Burt, yang memimpin tim Keamanan dan Kepercayaan Pelanggan Microsoft, mengatakan bahwa peretas yang disponsori negara menjadi lebih terampil dan lebih sulit dihentikan. Dengan lebih banyak dana dan pengetahuan teknologi, para peretas kini dapat mengganggu layanan, mencuri data penting, dan bahkan mengubah acara daring.
"Peretas yang disponsori negara ini tidak hanya mencuri data, tetapi juga menyebarkan ransomware, menyiapkan pintu belakang untuk penghancuran di masa mendatang, menyabotase operasi, dan menjalankan kampanye untuk mempengaruhi orang lain," ucap Tim Burt.
AI pun menjadi alat baru bagi peretas. Hacker menggunakan AI untuk membuat konten palsu, seperti gambar, video, dan teks, untuk mengelabui sistem dan orang-orang. AI memberi peretas keunggulan, karena dapat melakukan lebih banyak serangan dengan lebih sedikit usaha.
Dalam laporan tersebut, Microsoft kini memblokir lebih dari 600 juta serangan setiap hari. Kasus penipuan telah melonjak hingga 400 persen sejak 2022. Bahkan serangan ransomware hampir tiga kali lipat, meskipun lebih sedikit yang berhasil. Setiap hari, Microsoft memindai 78 triliun sinyal dari cloud, perangkat, dan mitranya untuk menghentikan serangan terhadap kata sandi, jaringan, dan sistem.
Meningkatnya serangan yang didukung AI merupakan masalah utama. Karena peretas terus menggunakan AI, jumlah dan jenis serangan kemungkinan akan berubah. Laporan Microsoft menunjukkan bahwa meskipun beberapa upaya membantu memblokir serangan, alat yang digunakan peretas berkembang lebih cepat daripada pertahanan.
Baca Juga: Kerap Dianggap Sulit, Ini Cara Mudah Mengatur Daftar Isi di Microsoft Word
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
-
Ngeri Tapi Nagih! Ini Lho Alasan Psikologis Kenapa Kita Doyan Banget Nonton Film Horor
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
Terkini
-
Gegara Tren Viral, Gemini Nano Banana Ciptakan 5 Miliar Gambar AI
-
Tablet Windows Murah untuk Akhir 2025, Ini 4 Pilihan Terbaiknya
-
Gegara Tarif Trump, Peluncuran Game Terminator 2D: No Fate Ditunda
-
15 Prompt Gemini AI Edit Foto Jadi Pemain Bola, Mendadak Jadi Bintang Lapangan
-
7 Rekomendasi Game PC Free to Play di Steam, Pilihan Terbaik September 2025
-
Adu Penjualan Xiaomi 17 vs iPhone 17 Series Tahap Awal, Siapa Pemenangnya?
-
Google Ubah Tampilan Logo G, Sentuhan Gradasi Bikin Makin Elegan
-
Siapa Ikhsan Katonde? Sebut Gibran Cuma Kursus Beberapa Bulan di Australia
-
57 Kode Redeem FF Terupdate 30 September 2025: Klaim Incubator Voucher, Bundle, dan Skin Gratis
-
Kode Redeem FC Mobile Terbaru 30 September 2025, Klaim 2.000 Gems hingga Nike Phantom 6