Suara.com - Sejak penemuan pertama fosil Neanderthal di abad ke-19, pemahaman kita tentang kerabat evolusi terdekat manusia ini telah berkembang pesat. Dahulu, penilaian didasarkan sepenuhnya pada perbedaan anatomi. Namun, dengan munculnya genetika purba, khususnya analisis genom Neanderthal, babak baru dalam penelitian ini telah dimulai.
Bukti genetik kini menjadi kunci untuk memahami apakah Neanderthal merupakan spesies terpisah atau bagian dari garis keturunan Homo sapiens. Dirangkum dari LiveScience, banyak pembahasan menyoroti bagaimana bukti genetik dan penelitian interdisipliner telah memperkaya pemahaman kita tentang Neanderthal dan tempat mereka dalam sejarah evolusi manusia.
Neanderthal, yang menghilang dari catatan arkeologi sekitar 40.000 tahun lalu, telah lama menjadi subjek perdebatan di kalangan ilmuwan. Sebagai kerabat evolusi terdekat manusia, pertanyaan yang terus diperdebatkan adalah apakah Neanderthal merupakan spesies tersendiri atau hanya bagian dari spesies Homo sapiens yang telah punah.
Dalam menjawab pertanyaan ini, bukti genetik menjadi kunci, terutama karena pemahaman kita tentang spesies manusia purba telah berkembang pesat sejak penemuan pertama Neanderthal di tahun 1800-an.
Apa Itu Spesies?
Menurut Jeff Schwartz, antropolog fisik dari Universitas Pittsburgh, definisi spesies yang paling umum adalah konsep spesies biologis, yang mengacu pada sekelompok individu yang dapat kawin silang secara alami dan menghasilkan keturunan yang subur.
Namun, definisi ini tidak selalu sempurna. Misalnya, meski kuda dan keledai dapat kawin dan menghasilkan bagal, bagal tersebut mandul sehingga kuda dan keledai dianggap spesies yang berbeda.
Sebaliknya, beberapa hibrida seperti liger (persilangan antara singa dan harimau) dan beefalo (persilangan sapi dan bison Amerika) dapat menghasilkan keturunan yang subur.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan tidak mengetahui apakah Neanderthal dan manusia modern (Homo sapiens) saling kawin. Oleh karena itu, penilaian awal didasarkan pada perbedaan anatomi.
Baca Juga: Penemuan Homo Juluensis, Manusia Purba Berkepala Besar Terbaru
Neanderthal memiliki tengkorak yang lebih panjang, dahi yang tebal, dagu yang kurang menonjol, dan tubuh yang lebih kekar dibandingkan manusia modern. Berdasarkan ciri ini, pada tahun 1864 Neanderthal diklasifikasikan sebagai spesies tersendiri dengan nama Homo neanderthalensis.
Namun, seiring waktu, penemuan-penemuan baru membuat hubungan antara Neanderthal dan manusia modern semakin rumit. Dibandingkan dengan spesies manusia purba lainnya, seperti Homo erectus atau Homo habilis, Neanderthal menunjukkan banyak karakteristik yang lebih "manusiawi."
Penelitian terbaru bahkan menunjukkan bahwa Neanderthal memiliki kemampuan pendengaran dan vokal yang mirip dengan manusia, mungkin menguburkan orang mati, serta membuat perhiasan dan karya seni.
Neanderthal dan Homo Sapiens Satu Spesies atau Beda?
Pada tahun 1962, para ilmuwan mengklasifikasikan Neanderthal sebagai subspesies manusia, yaitu Homo sapiens neanderthalensis. Namun, pada 1970-an dan 1980-an, analisis baru mendorong klasifikasi ulang Neanderthal sebagai spesies tersendiri, dan pandangan ini masih umum digunakan hingga saat ini.
Penemuan besar terjadi pada tahun 2010 ketika sebuah tim internasional menerbitkan draf genom Neanderthal. Penelitian ini menunjukkan bahwa Neanderthal dan manusia modern saling kawin sekitar 120.000 tahun yang lalu. Percampuran genetik ini terjadi selama ribuan tahun, menghasilkan tanda tangan genetik Neanderthal yang masih dapat ditemukan pada manusia modern, terutama pada populasi di luar Afrika.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
Terkini
-
7 Pilihan HP Memori 256 GB Murah, Penyimpanan Luas Kecepatan Ngebut Anti Lag
-
Bungie Ungkap Video Marathon, Game Siap Rilis Maret 2026
-
Redmi K90 Ultra Diprediksi Usung Baterai 10.000 mAh, Cikal Bakal POCO F Series?
-
5 Rekomendasi Tablet Murah RAM 8 GB yang Tidak Lemot untuk Multitasking
-
5 Game Offline untuk Perempuan di Android, Memasak hingga Desain Rumah
-
32 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 16 Desember: Klaim Glorious 112-115 dan 400 Rank Up
-
Film Call of Duty Dalam Pengembangan, Sutradara dan Penulis Papan Atas Ikut Terlibat
-
Tren Wall Friction di TikTok Bikin Benda Nempel di Dinding, Ini Faktanya
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
55 Kode Redeem FF Terbaru 16 Desember: Rain Bundle Winterland, Skin Scar, dan Diamond Gratis