Suara.com - Penggunaan asisten kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT dan Gemini semakin meluas dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari bertanya soal kesehatan, mengelola keuangan, hingga membantu pekerjaan, AI kini menjadi alat andalan banyak orang. Namun, laporan terbaru mengungkap sisi lain yang mengkhawatirkan: percakapan pengguna dengan AI disebut-sebut bisa dikumpulkan dan dijual untuk keuntungan komersial.
Isu ini mencuat setelah sebuah laporan investigasi Forbes (15/12/2025) mengungkap keberadaan sejumlah ekstensi browser yang diam-diam merekam percakapan pengguna dengan berbagai platform AI. Percakapan tersebut kemudian dibagikan kepada pihak ketiga dengan dalih kebutuhan analitik pemasaran. Praktik ini menimbulkan kekhawatiran besar soal privasi, mengingat banyak pengguna berbagi informasi sensitif saat berinteraksi dengan AI.
Masalah ini tidak hanya terbatas pada satu platform. Berbagai layanan AI populer yang diakses melalui browser, termasuk ChatGPT, Gemini, Claude, Microsoft Copilot, hingga Meta AI, berpotensi terdampak jika pengguna memasang ekstensi tertentu. Ekstensi ini bekerja dengan cara memantau aktivitas tab di browser dan secara otomatis menyuntikkan skrip khusus saat pengguna membuka halaman AI.
Yang membuat situasi ini semakin serius, proses pengambilan data disebut berjalan secara default. Pengguna tidak diberi pilihan untuk menonaktifkan pengumpulan data melalui pengaturan. Satu-satunya cara menghentikan praktik tersebut adalah dengan menghapus ekstensi sepenuhnya dari browser. Tanpa disadari, selama ekstensi masih terpasang, seluruh interaksi dengan AI berpotensi terekam.
Data yang dikumpulkan pun bukan sekadar potongan percakapan. Laporan menyebutkan bahwa semua prompt yang diketik pengguna, seluruh jawaban AI, waktu percakapan, hingga informasi sesi dan model AI yang digunakan ikut direkam. Dengan kata lain, gambaran lengkap interaksi pengguna dengan AI dapat dikemas dan dimanfaatkan oleh pihak lain.
Ironisnya, beberapa ekstensi yang disorot justru dipromosikan sebagai alat pelindung privasi atau keamanan daring. Di halaman toko ekstensi, mereka tampil dengan deskripsi yang meyakinkan dan bahkan mengantongi label unggulan dari platform penyedia browser. Bagi banyak pengguna, label tersebut dianggap sebagai tanda aman dan terpercaya, sehingga jarang menimbulkan kecurigaan.
Mengutip Forbes (15/12/2025), praktik pengumpulan data ini memang disebutkan, tetapi dengan bahasa yang rumit dan tersembunyi di bagian terdalam dokumen. Informasi tersebut seringkali disamarkan dengan istilah teknis seperti “data penjelajahan” atau “komunikasi ChatAI”, yang membuat pengguna awam sulit memahami dampaknya. Akibatnya, banyak orang tidak sadar bahwa percakapan pribadi mereka bisa disalurkan ke perusahaan lain.
Jumlah pengguna ekstensi ini pun tidak sedikit. Beberapa di antaranya telah diunduh jutaan kali di toko ekstensi populer. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa data pribadi dalam skala besar telah dikumpulkan selama berbulan-bulan tanpa disadari pemiliknya. Para peneliti menyarankan agar pengguna segera memeriksa ekstensi yang terpasang di browser mereka.
Kasus ini kembali menunjukkan bahwa asisten AI bukanlah entitas pribadi atau teman diskusi yang sepenuhnya aman. Percakapan dengan AI pada dasarnya berlangsung di sistem milik perusahaan, dan ketika ditambah pihak ketiga seperti ekstensi browser, risiko kebocoran data semakin besar. Informasi medis, keuangan, kode kerja, hingga curahan masalah pribadi bisa menjadi komoditas bernilai tinggi.
Baca Juga: LG Hadirkan Solusi Display dan HVAC Berbasis AI dan Hemat Energi, Demi Genjot Sektor B2B
Mengutip Forbes (15/12/2025), pakar keamanan digital mengingatkan pengguna untuk lebih berhati-hati dalam membagikan informasi sensitif melalui AI, terutama saat mengaksesnya lewat browser dengan ekstensi tambahan. Membaca kebijakan privasi, membatasi instalasi ekstensi, dan rutin mengevaluasi izin aplikasi menjadi langkah sederhana namun penting untuk menjaga keamanan data.
Laporan ini juga memicu sorotan terhadap platform penyedia browser dan pengelola toko ekstensi. Label “unggulan” atau “direkomendasikan” dinilai perlu ditinjau ulang agar tidak memberi rasa aman palsu kepada pengguna. Di tengah pesatnya adopsi AI, isu privasi menjadi tantangan besar yang menuntut perhatian serius dari pengguna, pengembang, dan regulator.
Kontributor : Gradciano Madomi Jawa
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
Terkini
-
IM3XPLORE Resmi Meluncur, Solusi Internet Liburan Andalan Berbasis AIvolusi 5G
-
31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
-
Desain HP Murah POCO M8 5G Beredar, Siap Masuk ke Indonesia
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Panduan Lengkap Torrent untuk Pemula, Cara Praktis Berbagi File Besar
-
Tak Semua Bisa Disentuh, Zona Khusus di Mars Dijaga Demi Lindungi Potensi Kehidupan
-
59 Kode Redeem FF 18 Desember 2025: Klaim Tas Dreamspace dan Evo Bundle
-
30 Kode Redeem FC Mobile 18 Desember 2025: Sikat 10.000 Gems Sebelum Event Festive Fixtures
-
52 Kode Redeem FF Terbaru 17 Desember 2025, Ada MP40 Cobra dan Bundle Anniversary Gratis
-
27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Desember 2025, Klaim Kartu Glorious dan Rank Up Gratis