Suara.com - Idul Fitri menjadi hari kemenangan bagi umat Muslim setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Tradisi masyarakat Indonesia dalam merayakan hari kemenangan, salah satunya dengan menyajikan berbagai makanan untuk bekal saat berkumpul dengan keluarga dan kerabat.
Makanan khas lebaran di Indonesia identik dengan daging dan santan yang mengandung lemak tinggi, seperti pada menu rendang dan opor. Selain itu, juga ada aneka kue kering yang tinggi gula, seperti nastar dan kastengel. Imbasnya, gangguan kesehatan pun kerap muncul seusai berlebaran akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan tersebut.
Untuk menghindari munculnya gangguan kesehatan pasca-lebaran itu, sebenarnya ada kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Artinya, warga tetap bisa merasakan nikmatnya berlebaran, tetapi juga tetap dalam kondisi sehat.
Dalam acara bincang-bincang online edisi lebaran, Suara.com berbicara dengan dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Riri Andri Muzasti, M.Ked (PD), Sp.PD., Rabu (27/4/2022) lalu. Sang dokter pun membagikan fakta seputar dampak makanan khas lebaran, sekaligus cara menjaga agar tubuh tetap sehat setelah lebaran.
Berikut petikan perbincangan Suara.com bersama dokter yang juga adalah salah satu ahli ginjal Indonesia ini, yang ditulis ulang dan disarikan dalam format tulisan wawancara berikut:
Dok, betulkah ketika lebaran biasanya terjadi peningkatan orang yang dirawat di IGD?
Itu sangat benar. Karena itu, rumah sakit meminta dokter untuk mengaktifkan ponsel ketika liburan. Karena memang banyak orang kalap setelah merasa satu bulan penuh sudah menahan makan. Akhirnya dimakan yang berlemak.
Padahal selama ini (saat berpuasa) jantungnya sudah bagus, pencernaannya sudah oke. Karena (makan) tiba-tiba dalam jumlah yang banyak, kadar kolesterol mungkin meningkat. Karena kadar kolesterol yang meningkat, kekentalan darah juga meningkat.
Kekentalan darah membuat tekanan darah itu harus kuat untuk memompakan darah. Akibatnya, tekanan darah yang terlalu tinggi bisa menyebabkan stroke. Jadi banyak juga pasien mengalami stroke pada saat habis lebaran.
Baca Juga: Mario Pacursa Marcos: Bongbong Marcos Akan Membuat Filipina Hebat Kembali
Atau karena kekentalan darah, pompaan jantung cukup kuat, maka tiba-tiba yang kental itu menyumbat di salah satu pembuluh darah jantung. Maka pasien juga bisa kena serangan jantung.
Pada pasien kami yang (bermasalah) ginjal, karena di depan mata itu (ada) segala macam minuman, buah-buahan, tidak ingat kalau mereka (harusnya) dibatasi, jadinya minum sepuasnya. Akibatnya sesak nafas, ada yang kejang-kejang, (dan terpaksa) dilarikan ke IGD.
Kehati-hatian makan dan minum saat lebaran ini perlu dilakukan oleh orang dewasa ya. Bagaimana dengan yang sudah lebih tua, atau apakah anak-anak juga perlu?
Sebetulnya organ tubuh (manusia normal) cukup kuat. Misalnya ginjal, (itu) cukup kuat kalau pun kemarin dalam satu bulan kita kurang minum, tidak dehidrasi. Karena ginjal mampu mengkonter kekurangan cairan tersebut. Nanti saat lebaran, misalnya makan cukup banyak gula, lemak, tentu ginjal akan mengontrol kelebihan itu.
Tetapi pada pasien atau orang yang sudah memiliki faktor risiko, misalnya darahnya sudah kental, atau sudah memiliki faktor risiko untuk gula darah tinggi, walaupun belum diabetes, ketika diberi beban gula yang besar, untuk dipertahankan dalam kondisi yang stabil dijaga oleh namanya insulin yang diproduksi oleh pankreas.
Kalau dalam kondisi yang normal, gula yang dihasilkan makanan akan dinetralkan atau dikontrol oleh insulin, sehingga kadarnya akan normal.
Tetapi dalam jumlah yang cukup besar dan tiba-tiba, pada kondisi misalnya orangtua atau memang sudah ada masalah dengan pankreas, maka dalam jumlah yang besar insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak cukup banyak untuk menekan atau mengontrol gula darah. Sehingga gula darah itu akan tinggi dan muncul sakit gula atau diabetes.
Jadi sebetulnya, makan ingin semua, enggak apa-apa. Tapi makan sedikit, diamkan dulu sampai gula darah dinetralkan oleh tubuh, lalu icip lagi. Diamkan lagi agar netral dulu. Jangan konsumsi langsung dalam jumlah besar.
Mana yang lebih berbahaya Dok, mengonsumsi lemak dalam jumlah tinggi di waktu instan, atau mengonsumsi gula?
Kalau kita lihat dari kalori, satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori. Sementara kalau 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Artinya kalau kita memilih opor ayam, berarti kalorinya lebih besar.
Kalau mau supaya (kebutuhan) kalorinya tetap 1.500, berarti pilih kalori yang kecil-kecil. Tapi kalau misalnya dalam rangka menghindari gula, khususnya untuk pasien diabetes, ambil lemak, tetapi jumlah pilihan icip-icip jadi berkurang, karena dia sudah dua kali lipat (kalorinya) dibandingkan yang karbohidrat.
Lemak itu sendiri sebetulnya bisa meningkatkan kekentalan darah. Jadi kalau gula darah ke diabetes, kalau lemak ke tekanan darah (efeknya).
Jadi lemak itu akan meningkatkan kekentalan darah. Kekentalan darah yang ditimbulkan oleh lemak itu menyebabkan jantung jadi tidak kuat atau kurang kuat, sehingga dia harus push jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah lebih tinggi, maka muncul hipertensi.
Ketika puasa biasanya berat badan turun, tapi saat lebaran langsung naik lagi. Bagaimana sih caranya untuk mempertahankan berat badan yang sudah turun?
Silakan icip semua makanan yang ada, tapi juga harus seimbang untuk mengeluarkannya. Cara mengeluarkannya kembali itu, dengan berolahraga untuk membakar kalori yang berlebih tadi.
Makan saja, enggak usah berpikir berat badan dulu. Tapi habis makan, jangan lupa olahraga. Kalau tidak sempat olahraga, jalan kaki saat pergi ke rumah teman atau keluarga juga bisa membakar kalori.
Benarkah mengonsumsi daging terlalu banyak bisa menyebabkan kolesterol naik?
Kalau dari tingkat protein dan tingkat lemak, paling banyak ada pada daging merah seperti daging sapi, daging kambing. Kemudian di bawahnya lagi daging putih, misalnya daging ayam, angsa, bebek.
Di bawahnya lagi (tingkatnya) baru ikan, kemudian telur, dan terakhir protein nabati. Itu kenapa vegetarian menjadi sehat, karena proteinnya ada, lemaknya ada, tapi tingkat lemak dan tingkat protein tidak setinggi protein hewani yang berwarna merah.
Berita Terkait
-
Viral Paket Menumpuk di Halaman Gudang Pengiriman: 'Kurir Juga Mau Lebaran'
-
Meninggal Sebelum Puasa, Suami dan Keluarga Foto Lebaran dengan Potret Istri, Alasan Pakai Baju Kuning Bikin Mewe
-
Cuaca Ekstrem Mengintai, Pemudik Diminta Waspada
-
Jelang Lebaran, Penjual Kue Kering Laris Diserbu Pembeli
-
Libur Lebaran, Disdag Jogja Buka Pasar Beringharjo Sampai Malam
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
-
BCA Mobile 'Tumbang' di Momen Gajian, Netizen Mengeluh Terlantar Hingga Gagal Bayar Bensin!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
Terkini
-
Reski Damayanti: Mengorkestrasi Aliansi dalam Perang Melawan Industri Scam
-
Andi Fahrurrozi: Engineer Dibajak Timur Tengah saat Bisnis Bengkel Pesawat Sedang Cuan
-
Dewa Made Susila: Pasar Otomotif Sudah Jenuh, Saatnya Diversifikasi
-
Wawancara Khusus Jenderal Dudung: Buka-Bukaan Kontroversi KPR Prajurit TNI AD Rp586,5 Miliar
-
Nirwala Dwi Heryanto: Orang yang Jatuh Cinta Paling Mudah Kena Penipuan Mengatasnamakan Bea Cukai
-
Penuh Tantangan, Ketua KPU Beberkan Dinamika Pemilu 2024 hingga Polemik Pengadaan Private Jet
-
Wawancara Eksklusif: Bro Ron Lawan Kaesang dengan Politik 'Akar Rumput', Bukan Modal Duit
-
SVP Bullion Business BSI: Emas Tak Lagi Harus Disimpan di Rumah
-
Eksklusif: Duta Besar Iran Bicara Gencatan Senjata, Serangan Balasan, dan Masa Depan Konflik
-
Wawancara Eksklusif: Sandyawan Bongkar Rekomendasi TGPF yang Diabaikan Negara