Suara.com - Harga minyak mentah dunia merosot lebih dari 2 persen seiring dengan kembali beroperasinya ladang minyak di Libya, berakhirnya aksi mogok pekerja tambang di Norwegia serta berlalunya badai Delta di Meksiko.
Mengutip CNBC, Selasa (13/10/2020) harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot 1,13 dollar AS atau 2,6 persen menjadi 41,72 dollar AS per barel.
Sedangkan itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, menyusut 2,9 persen, atau 1,17 dollar AS menjadi 39,43 dollar AS per barel.
Produksi di Libya, anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC), diperkirakan melesat jadi 355.000 barel per hari (bph) setelah force majeure di ladang minyak Sharara dicabut.
Lonjakan produksi Libya akan menjadi tantangan bagi OPEC Plus--kelompok yang terdiri dari OPEC dan sekutunya termasuk Rusia--dan upayanya untuk mengekang pasokan guna mendukung harga.
Sementara itu, badai Delta, yang menimbulkan pukulan terbesar dalam 15 tahun terakhir terhadap produksi energi di Teluk Meksiko AS pekan lalu, diturunkan menjadi siklon pasca-tropis, akhir pekan lalu.
Pekerja kembali ke platform produksi dan perusahaan minyak Prancis, Total, memulai kembali aktivitas di kilang Port Arthur, Texas, yang berkapasitas 225.500 barel per hari.
The Louisiana Offshore Oil Port (LOOP) mengatakan telah melanjutkan operasi di Terminal Laut lepas pantai dan tidak ada gangguan dalam pengiriman di Hub Clovelly.
Harga front-month untuk kedua kontrak tersebut melesat lebih dari 9 persen pekan lalu, dalam kenaikan mingguan terbesar bagi Brent sejak Juni.
Baca Juga: Pekerja Tambang di Norwegia Mogok Kerja, Harga Minyak Dunia Ambles
Tetapi keduanya jatuh pada sesi Jumat setelah perusahaan minyak Norwegia mencapai kesepakatan dengan petinggi serikat pekerja untuk mengakhiri aksi mogok yang mengancam akan memangkas produksi minyak dan gas negara itu hampir 25 persen.
Harga juga tertekan oleh lonjakan kasus Covid-19, yang meningkatkan momok penguncian lebih ketat yang dapat mengurangi permintaan minyak.
Infeksi mencapai rekor tertinggi di Midwest Amerika. Di Eropa, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan langkah-langkah penguncian virus corona, dan Italia sedang mempersiapkan pembatasan nasional yang baru.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025