Suara.com - Kondisi keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) saat ini sangat mengkhawatirkan, pasalnya perseroan mengaku memiliki utang sebesar Rp 70 triliun dan kondisi arus kas dalam kondisi negatif.
Pengamat Penerbangan Alvin Lie mengatakan jangka pendek yang bisa dilakukan GIAA saat ini adalah dengan melakukan efisiensi secara besar-besaran dihampir seluruh pos anggaran, termasuk belanja pegawai.
"Saat ini apa yang dilakukan Garuda sudah benar, seperti menghilangkan rute-rute yang tidak produktif. Tapi itu belum cukup untuk menutup utang-utang tahun sebelumnya," kata Alvin saat dihubungi Suara.com, Rabu (26/5/2021).
Salah satu strategi yang bisa dilakukan kata Alvin adalah dengan melakukan penghematan penggunaan anggaran terutama anggaran untuk belanja pegawai seperti menggaji pilot hingga kabin kru.
"Salah satu yang bisa ditekan adalah belanja pegawai, karena kalau pesawat tidak terbang berarti tidak ada pilot, tidak ada kabin kru tidak ada ground crew yang segitu banyak. Itu bisa dikurangi," papar Alfin.
Sehingga dirinya pun mendukung upaya yang dilakukan manajemen Garuda dengan melakukan program ajakan pensiun dini bagi pegawainya.
Tak hanya itu, upaya lain yang bisa dilakukan adalah menurunkan tarif tiket pesawatnya yang saat ini masih dibandrol dengan harga premium.
"Garuda tidak mengubah strategi harganya. Akibatnya banyak penumpang Garuda yang beralih kepada Batik Air, Citilink bahkan Lion Air. Saya memperhatikan tarif keterisian Citilink maupun Lion Group lebih baik dari Garuda," katanya.
Menurut dia saat ini tingkat keterisiannya maskapai seperti Lion Group mencapai 60-70 persen dan Citilink 50 persen, sementara Garuda keterisian tempat duduknya hanya sekitar 25-30 persen saja.
Baca Juga: Garuda Indonesia Tawarkan Pensiun Dini ke Semua Karyawannya
"Saat ini tiket Garuda Indonesia praktis 2 kali lebih tinggi dibandingkan Citilink dan Batik Air (Lion Group), sehingga menjadi tidak atraktif," katanya.
Sebelumnya Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan hingga saat ini utang maskapai plat merah ini telah mencapai Rp 70 triliun.
"Fakta yang ada saat ini, utang kita sudah mencapai Rp 70 triliun," kata Irfan dalam sebuah rekaman yang beredar.
Irfan mengungkapkan jumlah utang tersebut terus bertambah Rp 1 triliun setiap bulannya, karena ketidakmampuan perseroan untuk membayar utang tersebut.
Pada bulan Mei ini saja kata dia, merupakan bulan dengan kinerja terburuk buat Garuda, pasalnya Irfan mengatakan pendapatan perseroan diprediksi hanya 56 juta dolar AS, sementara biaya operasional perbulannya mencapai 56 juta dolar AS untuk sewa pesawat, perawatan 20 juta dolar AS hingga bayar pegawai yang mencapai 20 juta dolar AS.
"Jadi secara cash kita sudah negatif, secara modal kita sudah minus Rp 41 triliun," kata Irfan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Puluhan Ribu Lulusan SMA/SMK Jadi Penggerak Ekonomi Wong Cilik Lewat PNM
-
Gaji Pensiunan PNS 2025: Berapa dan Bagaimana Cara Mencairkan
-
Inovasi Keuangan Berkelanjutan PNM Mendapatkan Apresiasi Berharga
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
-
Ekonom Bongkar Strategi Perang Harga China, Rupanya Karena Upah Buruh Murah dan Dumping
-
Sosok Rahmad Pribadi: Dari Harvard Hingga Kini Bos Pupuk Indonesia
-
Laba SIG Tembus Rp114 Miliar di Tengah Lesunya Pasar Domestik
-
Sepekan, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1 Triliun
-
Laba Bank SMBC Indonesia Anjlok Jadi Rp1,74 Triliun
-
Produsen Indomie Kantongi Penjualan Rp90 Triliun