Suara.com - Jutaan mimpi orang Indonesia harus pupus akibat wabah virus corona yang menjangkit hingga kini. Banyak anak menjadi yatim dan yatim piatu, banyak pekerja menjadi pengangguran, serta tidak sedikit pengusaha menjadi bangkrut.
Wabah COVID-19 membuat hidup tidak lagi sama dengan sebelumnya. Mau tidak mau umat manusia harus beradaptasi.
Adaptasi kebiasaan baru yang diinisiasi pemerintah tentu memiliki tujuan agar wabah virus corona segera membaik. Selain itu, adaptasi baru juga turut membantu para pelaku usaha untuk bertahan.
Salah satunya seperti yang diceritakan oleh Siti Nurika, pelaku UMKM yang memproduksi bawang goreng di Kota Tanjungpinang.
Pelaku usaha yang merintis usahanya dari tahun 2014 itu dengan susah payah mampu bertahan terhadap hantaman wabah virus corona.
Seperti UMKM warga yang tinggal di wilayah perbatasan lainnya, Siti Nurika melirik pasar Negara Jiran Malaysia dan Singapura sebagai sasaran penjualan.
Dibantu Al Ahmadi Entrepreneurship Centre, Siti Nurika mengikuti sejumlah pameran, menjajakan bawang goreng produksinya ke Malaysia dan Singapura.
Ternyata, usai dipasarkan secara digital dari 2020 lalu, bawang goreng produksi Indonesia amat digemari di Negara Jiran. Hal ini juga membuka pasar bawang goreng Kota Batam dan Kota Tanjungpinang yang masuk pasar luar negeri.
Bahkan, kadang warga Negara Singa sengaja mengunjungi pameran tertentu untuk memburu bawang goreng Indonesia.
Baca Juga: Positif Covid-19, Granit Xhaka Absen Bela Swiss di Kualifikasi Piala Dunia
Tidak heran kini Siti memiliki pelanggan dari Singapura dan Malaysia. Para konsumen itu bahkan memesan agar Siti mengirimkan bawang gorengnya ke sana dalam waktu-waktu tertentu. Meski belum bisa ekspor dalam jumlah besar, namun sejatinya Siti adalah eksportir.
Siti berkeyakinan, usaha miliknya mampu berkembang maksimal dengan menyasar pelanggan dari dalam dan luar negeri. Tidak hanya bawang goreng, ia pun memproduksi sambal pecal, stik udang dan makanan olahan khas lainnya.
Bertahan di Tengah Pandemi
Dampak pandemi virus corona juga turut memaksa usaha bawang goreng milik Siti kesulitan hingga hampir mati. Perbatasan antar negara ditutup, akhirnya pengiriman barang ke luar negeri menjadi sulit.
Penjualan di dalam negeri, di dalam pulau, di dalam kota pun terasa sulit. Daya beli masyarakat menurun, seiring dengan sulitnya ekonomi.
"Kami menyikapinya memang harus bertahan. Sebagai entrepreneur kami harus belajar dari setiap situasi," kata dia.
Ia lantas mempelajari penyebab para pelanggan meninggalkan produknya. Apabila ekspor rasanya tidak mungkin, maka ia harus merebut kembali pasar dalam kota yang hilang selama awal pandemi COVID-19.
Warga kini tidak lagi berbelanja ke swalayan tempat produksi bawang goreng, sambal dan pecalnya selama ini dijual.
Masyarakat tidak dapat pergi jauh dari rumah demi mematuhi anjuran pemerintah. Mereka berpaling ke warung-warung yang lebih dekat rumah.
Siti kemudian merubah strategi pemasarannya. Dari menjual di swalayan, jadi ke warung-warung di perumahan. Ia mengerahkan timnya untuk merebut hati pemilik kedai, agar dapat menjajakan hasil produksinya.
"Akhirnya kami larinya ke sana. Karena penjualannya bukan hanya market besar saja, tapi juga market kecil. Analisa kami, permintaannya lebih banyak di sana, maka kami pindahkan," katanya.
Tidak berhenti di situ, ia kembali menemukan masalah baru. Ia menemukan turunnya daya beli masyarakat. Sebelumnya, konsumen bisa membeli kebutuhannya dalam jumlah besar, namun karena keterbatasan dana, mereka hanya mampu membeli sedikit.
Siti Nurika kemudian beradaptasi dengan membuat kemasan-kemasan ekonomis yang harganya lebih dapat dijangkau. Strategi sederhana itu membuatnya bertahan hingga kini.
Strategi yang dibuatnya pun terasa tepat, untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar. Kini, omsetnya pun mencapai Rp40 hingga Rp45 juta per bulan.
Siti Nurika memang memilih untuk berjualan langsung ke warung-warung. Tidak menggunakan digital seperti yang digalakkan pemerintah.
"Pernah juga ikut e-commerce, tapi belum ada penjualan," kata dia.
Sebagai pengusaha, ia ingin langsung ada penjualan, yang dapat menambah semangat untuk berproduksi.
Kondisinya yang berdomisili di Kota Tanjungpinang Pulau Bintan, membuat sulit berjualan melalui e-commerce, karena ongkos kirim yang mahal ke luar kota.
Kembali Ekspor
Kegigihan Siti untuk bertahan di masa pandemi membuahkan hasil. Pusat pelatihan dan jaringan bisnis Al Ahmadi Entrepreneuship Centre, wadah yang menaunginya selama ini mengupayakan produksinya kembali ekspor ke Malaysia.
Direktur Al Ahmadi Entrepreneurship Center Lisya Anggraini menyatakan pihaknya bersama KBRI tengah menjalin peluang kerja sama "business to business" antarpelaku usaha di Provinsi Kepulauan Riau dengan Malaysia.
Dalam beberapa kali penjajakan yang dilakukan bersama KBRI, pihaknya telah memetakan peluang UMKM yang dapat masuk di pasar Negara Jiran seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand.
Masyarakat Malaysia menyukai produk dasar dari Indonesia yang tidak banyak dimilikinya seperti ikan dan santan.
Di masa pandemi ini, konsumen di Malaysia cenderung memilih untuk membeli produk UMKM, ketimbang impor dari pabrik-pabri besar karena bisa bertransaksi dalam jumlah yang sedikit, ketimbang dengan pelaku usaha besar yang memiliki aturan minimum pembelian.
Meski daya beli menurun, tapi pasar tetap ada. Di pandemi ini ada pergeseran peluang. Kalau dulu membeli dalam jumlah besar, sekarang menyasar UMKM membeli dengan skala kecil.
"Berhenti mengeluh, apalagi di media sosial. Tuliskan keluhan itu dalam rumusan kendala dalam buku catatan, kemudian cari solusinya. Bukan mencari simpati dari orang yang justru akan menertawakan," pesan Siti.
Tag
Berita Terkait
-
Ayo Vaksin Ker! Cek Info Jadwal dan Lokasi Vaksinasi di Malang Ini
-
Kembang Kempis Pijat Tunanetra di Semarang Saat Pandemi: Tabungan Habis, Tak Ada Pelanggan
-
Ini Jadwal Mobil Keliling dan Sentra Mini Vaksin Covid-19 Jakarta, Kamis 2 September
-
LBH Medan Buka Posko Pengaduan Pelanggaran HAM Covid-19 di Sumut
-
Ayah Vicky Prasetyo Meninggal Dunia Pasca Terpapar Virus Covid-19
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Bersama Bibit.id dan Stockbit, Temukan Peluang Baru Lewat Portrait of Possibilities
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
Bansos PKH Oktober 2025 Kapan Cair? Ini Kepastian Jadwal, Besaran Dana dan Cara Cek Status
-
Profil PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), Ini Sosok Pemiliknya
-
BRI Ajak Warga Surabaya Temukan Hunian & Kendaraan Impian di Consumer BRI Expo 2025
-
TikTok Dibekukan Komdigi Usai Tolak Serahkan Data Konten Live Streaming Demo
-
Maganghub Kemnaker: Syarat, Jadwal Pendaftaran, Uang Saku dan Sektor Pekerjaan
-
Perusahaan Ini Sulap Lahan Bekas Tambang jadi Sumber Air Bersih
-
2 Hari 2 Kilang Minyak Besar Terbakar Hebat, Ini 5 Faktanya
-
IHSG Tutup Pekan di Zona Hijau: Saham Milik Grup Djarum Masuk Top Losers