Suara.com - Pergerakan uang kripto saat ini tengah terpuruk. Bahkan, nilainya telah anjlok hingga capai 20%. Penurunan ini disebabkan banyak negara-negara yang melarang penggunaan Bitcoin untuk transaksi.
Seperti dikutip CNN Business, Bitcoin telah turun lebih dari 8% dalam 24 jam terakhir, dan diperdagangkan pada USD 35.479, menurut CoinDesk. Cryptocurrency paling berharga ini juga telah anjlok lebih dari 20% sejak awal tahun. Pada bulan November itu diperdagangkan pada rekor tertinggi USD 68.990.
Cryptocurrency lainnya bahkan bernasib lebih buruk, misalnya Ethereum, cryptocurrency paling berharga kedua di dunia, telah jatuh lebih dari 12% dalam 24 jam terakhir, dan diperdagangkan sekitar USD 2.400 pada Sabtu pagi, menurut CoinDesk. Itu penurunan hampir 30% sejak awal tahun baru.
Investor semakin gelisah tentang mata uang digital dan aset berisiko lainnya sejak Federal Reserve AS memberi isyarat bahwa mungkin akan melepaskan stimulus ekonomi lebih agresif dari yang diharapkan.
Selain itu, Reuters melaporkan bahwa bank sentral Rusia telah mengusulkan larangan penggunaan dan penambangan crypto. Rusia adalah salah satu negara penambang kripto terbesar di dunia, tetapi bank sentralnya mengatakan bahwa mata uang digital dapat menimbulkan ancaman bagi stabilitas keuangan negara.
Proposal Rusia datang hanya beberapa bulan setelah China meluncurkan tindakan keras terhadap cryptocurrency, melarang perdagangan dan penambangan.
Negara-negara lain membuka opsi larangan crypto. Pada bulan November, India mengatakan sedang bersiap untuk memperkenalkan undang-undang yang akan mengatur mata uang digital, meskipun masih banyak yang belum diketahui tentang proposal itu.
Awal pekan ini, Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan bahwa kerja sama global diperlukan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh mata uang kripto.
Namun, tidak semua orang pesimis. Goldman Sachs mengatakan bahwa harga bitcoin bisa mencapai lebih dari USD 100.000 dalam lima tahun ke depan. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan awal bulan ini, analis bank mengatakan mereka melihat keuntungan yang kuat di masa depan karena bitcoin akan semakin mencuri pangsa pasar dari emas.
Baca Juga: Google Akan Tambah Penyimpan Bitcoin untuk Fitur Belanjanya
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
Terkini
-
Modus Penipuan Digital Makin Canggih, Ini Strategi Baru Bank Indonesia Melawan Scammer!
-
Harga Emas Hari Ini Naik! Logam Mulia di Pegadaian Mulai Tarik Minat Pembeli
-
Gurita Bisnis Victor Hartono, Pemimpin Grup Djarum: Usaha dan Saham
-
RI Targetkan 16 Juta Turis Asing, Ekspansi Hotel Mewah Makin Meriah
-
Pemerintah Akan Tata Ulang Legalitas IKN Setelah MK Batalkan HGU 190 Tahun
-
BI Serap Rp290 Miliar dari Lelang Obligasi PT Sarana Multigriya Finansial, Apa Untungnya?
-
Pemerintah Optimistis Negosiasi Tarif dengan AS Rampung Sebelum 2025 Berakhir
-
Mendag Temukan Harga Cabai Naik Jelang Nataru
-
Bos Djarum Victor Hartono Terseret Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty, Purbaya: Bukan Zaman Sekarang!
-
Intip Gaji dan Tunjangan Ken Dwijugiasteadi, Eks Dirjen Pajak