Suara.com - Insiden mengerikan menimpa Pesawat Garuda Indonesia dengan kode GIA 1105 yang mengangkut 450 calon jamaah haji asal Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), terpaksa melakukan pendaratan darurat usai mesin sayap sebelah kanan terbakar pada Rabu (15/5/2024). Profil Garuda Indonesia pun ramai dibahas.
Setelah ditelusuri, sesuai data FlightRadar24, pesawat yang mengalami insiden tersebut ternyata bukan milik PT Garuda Indonesia. Melainkan pesawat sewaan yang berasal dari maskapai asing bernama Terra Avia.
Diketahui, Terra Avia sendiri merupakan perusahaan penyedia jasa carter pesawat yang berbasis di Bandara Internasional Chiin di Chiinu, Moldova yang disewa oleh Garuda Indonesia untuk menambah penerbangan pada musim haji tahun 2024.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu. Pesawat tersebut mendarat dengan selamat di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar sekitar pukul l 17.15 waktu setempat.
Profil Garuda Indonesia
PT Garuda Indonesia (Persero) atau biasa dikenal dengan Garuda Indonesia adalah salah satu maskapai penerbangan ternama di Indonesia. Maskapai penerbangan tersebut pertama kali mengudara pada 1940-an dimana masih pada era pendudukan Belanda.
Kala itu maskapai ini masih bernama Indonesian Airways sejak 26 Januari 1949 dengan pesawat pertama-nya bernama Seulawah atau Gunung Emas. Awalnya, Garuda Indonesia merupakan hasil dari kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM), maskapai Belanda yang kemudian seluruh sahamnya dimiliki Indonesia pada tahun 1953. Kemudian di tahun 1953, Garuda Indonesia berhasil memiliki 27 pesawat lengkap dengan staf-staf profesional.
Perkembangan Garuda Indonesia pun semakin meningkat. Pada 1960-an, Garuda Indonesia lantas mendatangkan tiga pesawat turboprop Lockheed L-188C Electra seiring dengan dibuka-nya rute penerbangan baru ke wilayah Hong Kong.
Beberapa tahun berselang, Garuda Indonesia kembali mendatangkan tiga pesawat baru lainnya dengan jenis Convair 990A yang merupakan pesawat dengan kecepatan tinggi dan teknologi canggih. Dengan adanya pesawat baru ini, Garuda pun kembali membuka rute penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam melalui Kolombo, Bombay, Roma, dan Praha.
Baca Juga: Kesaksian Jemaah Haji Makassar Usai Sempat Naik Pesawat Garuda yang Mesinnya Terbakar
Tak hanya di sana, pada tahun 1966, Garuda mendatangkan pesawat jet baru, dengan jenis Douglas DC-8 serta membeli sejumlah pesawat turboprop baru, Fokker F27 guna melayani penerbangan domestik.
Lalu di awal tahun 1970-an Garuda kembali memperkuat armada-nya dengan mendatangkan beberapa jenis narrow-body jet yaitu McDonnell-Douglas DC-9 dan Fokker F28 serta pesawat jenis turboprop Fokker F27. Hal ini dilakukan untuk mendukung penerbangan domestik.
Selanjutnya, pada tahun 1973, guna memenuhi penerbangan internasional, seperti tujuan Eropa, Asia serta Australia, Garuda kembali membeli pesawat McDonnell Douglas DC-10-30 dan Douglas DC-8. Lalu untuk penerbangan ke wilayah Eropa dan Amerika Serikat Garuda kala iti mengoperasikan Boeing 747-2U3B.
Kontroversi Garuda Indonesia
Kontroversi Garuda Indonesia mulai terjadi pada tahun 1990-an. Bencana pertama terjadi pada tanggal 13 Juni 1996 ketika pesawat dari Fukuoka, Jepang menuju ke Jakarta. Awalnya saat pesawat hendak lepas landas, namun kipas turbin depan mesin pecah hingga terpisah dari poros mesin sehingga membuat pesawat meledak dan terbakar ketika kru berusaha menghentikan pesawat. Peristiwa tersebut menewaskan 3 dari 275 penumpang.
Insiden lainnya terjadi pada tanggal 26 September 1997 ketika pesawat Airbus A300-B4 jatuh di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Peristiwa itu menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 222 orang dan 12 awak. Kejadiam ini merupakan kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah penerbangan di Indonesia.
Berita Terkait
-
Kesaksian Jemaah Haji Makassar Usai Sempat Naik Pesawat Garuda yang Mesinnya Terbakar
-
Kekayaan Hasyim As'yari, Ketua KPU Dikritik Pakai Jet Pribadi hingga Hidup Mewah
-
Soroti Mesin Pesawat Garuda Terbakar, Legislator NasDem: Masak Ongkos Haji Naik, Pesawatnya Tua
-
Pesawat Menuju Makkah Sempat Terbakar, Jemaah Ceritakan 20 Menit Menegangkan di Langit Makassar
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya
-
Bank Mandiri Akan Salurkan Rp 55 Triliun Dana Pemerintah ke UMKM
-
Investasi Properti di Asia Pasifik Tumbuh, Negara-negara Ini Jadi Incaran
-
kumparan Green Initiative Conference 2025: Visi Ekonomi Hijau, Target Kemandirian Energi Indonesia
-
LHKPN Wali Kota Prabumulih Disorot, Tanah 1 Hektare Lebih Dihargai 40 Jutaan
-
Masyarakat Umum Boleh Ikut Serta, Pegadaian Media Awards Hadirkan Kategori Citizen Journalism
-
Zoomlion Raih Kontrak Rp4,5 Triliun
-
16th IICD Corporate Governance Award 2025: Telkom Meraih Penghargaan Best State-Owned Enterprises