Suara.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak fluktuatif namun berakhir menguat tipis pada perdagangan Jumat sore. Banyak faktor yang membuat rupiah berotot terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, misalnya masalah perang dagang hingga kondisi geopolitik.
Rupiah ditutup di level Rp16.829,5 per dolar AS, menguat 43 poin dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp16.872,5, meski sempat menyentuh penguatan hingga 75 poin di awal sesi.
Penguatan ini terjadi di tengah sentimen eksternal dan internal yang masih dinamis. Dari sisi global, indeks dolar AS justru mengalami pelemahan akibat ketidakpastian arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) serta memanasnya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Pasar keuangan global mencermati pernyataan yang saling bertolak belakang dari Washington dan Beijing mengenai negosiasi perdagangan. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa pihaknya sedang berdialog dengan Tiongkok. Namun pernyataan tersebut langsung dibantah oleh Beijing, yang menyebut belum ada perundingan perdagangan yang sedang berlangsung.
Di sisi lain, pernyataan dovish dari sejumlah pejabat The Fed memperkuat spekulasi pasar bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuannya pada bulan Juni. Presiden Fed Cleveland, Beth Hammack, menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga bisa dilakukan secepatnya jika data ekonomi, khususnya terkait risiko resesi, mendukung langkah tersebut. Nada serupa disampaikan Gubernur Fed, Christopher Waller, yang menekankan kemungkinan pemangkasan jika pelemahan pasar tenaga kerja berlanjut.
"Prospek pelonggaran kebijakan yang lebih agresif oleh The Fed sangat terbuka. Pasar bahkan memperkirakan ada kemungkinan tiga kali pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun ini," ujar Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi seperti dikutip dalam keterangannya, Jumat (25/4/2025).
Ibrahim mengatakan, situasi global semakin tidak menentu setelah Rusia melancarkan serangan rudal dan drone terbesar ke Kyiv dalam kurun hampir satu tahun terakhir. Serangan tersebut menandai eskalasi signifikan dalam konflik Rusia-Ukraina, memicu reaksi keras dari Presiden AS Donald Trump yang mengecam langsung Presiden Rusia Vladimir Putin.
Trump mendesak agar agresi segera dihentikan dan memperingatkan bahwa langkah Rusia itu mengancam proses negosiasi perdamaian yang sedang berlangsung. Ketegangan geopolitik ini menambah tekanan bagi aset-aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga acuan dari level saat ini sebesar 5,75 persen. Langkah ini dirancang dengan pertimbangan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, menjaga inflasi, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Memanas Lagi, Rupiah Kena Imbas Melaju Lemah Hari Ini
BI juga terus melakukan intervensi ganda, baik di pasar spot maupun non-deliverable forward (NDF), baik domestik maupun off-shore, guna meredam gejolak rupiah di tengah tekanan eksternal.
“Respons kebijakan BI sejauh ini memberikan hasil positif, yang tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah yang relatif stabil dan bahkan cenderung menguat dalam beberapa hari terakhir,” tambah Ibrahim.
Ia menilai bahwa ketahanan eksternal ekonomi Indonesia masih cukup kuat untuk menghadapi guncangan global, berkat tiga indikator utama:
- Defisit transaksi berjalan yang rendah, diperkirakan hanya 0,5–1,3 persen dari PDB
- Kuatnya arus masuk modal dan investasi asing yang menutup defisit transaksi berjalan
- Cadangan devisa yang tinggi, sebesar USD157,1 miliar hingga akhir Maret 2025, cukup untuk membiayai 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
PNM Raih Penghargaan Internasional Kategori Best Microfinance Sukuk 2025
-
Bersama Bibit.id dan Stockbit, Temukan Peluang Baru Lewat Portrait of Possibilities
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
Bansos PKH Oktober 2025 Kapan Cair? Ini Kepastian Jadwal, Besaran Dana dan Cara Cek Status
-
Profil PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), Ini Sosok Pemiliknya
-
BRI Ajak Warga Surabaya Temukan Hunian & Kendaraan Impian di Consumer BRI Expo 2025
-
TikTok Dibekukan Komdigi Usai Tolak Serahkan Data Konten Live Streaming Demo
-
Maganghub Kemnaker: Syarat, Jadwal Pendaftaran, Uang Saku dan Sektor Pekerjaan
-
Perusahaan Ini Sulap Lahan Bekas Tambang jadi Sumber Air Bersih
-
2 Hari 2 Kilang Minyak Besar Terbakar Hebat, Ini 5 Faktanya