Bola / Bola Dunia
Kamis, 17 November 2022 | 04:30 WIB
Tim penyelamat bekerja di samping bangunan yang rusak akibat serangan udara, saat serangan Rusia ke Ukraina terus berlanjut. [Dok.Antara]

Jika manusia cermat mempelajari sejarahnya, maka akan didapat fakta bahwa olahraga memang kerap menjadi salah satu saluran dalam mana perdamaian bisa diciptakan dan peperangan bisa dihentikan.

Mungkin penghentian perang itu tidak permanen, tetapi masih lebih baik ketimbang terus saling membunuh.

Olimpiade saja bermula dari upaya manusia berhenti menumpahkan darah sesamanya, walau hanya untuk sementara.

Lagi pula, kalau perang hanya membawa kehancuran dan menyemai kebencian yang acap teramat sulit untuk dipupus sampai beberapa generasi, maka olahraga dan sepak bola justru membawa kebahagiaan, kebersamaan, dan harapan seperti disebut Jokowi dan Infantino.

Sudah banyak cerita tentang betapa agungnya sepak bola dalam menciptakan kegembiraan dan kebersamaan serta memupus permusuhan, walau tak lama.

Salah satu kisah yang sering diceritakan dalam kaitan itu adalah cerita 25 Desember 1914 ketika tentara Inggris dan Jerman sepakat gencatan senjata demi menghormati Hari Natal pada Perang Dunia I.

Di salah satu medan perang di Belgia, beberapa jam setelah berbalas tembak untuk saling mencabut nyawa, pasukan Jerman dan pasukan Inggris keluar dari parit-parit perangnya.

Mereka menurunkan senjatanya demi bermain sepak bola, yang menciptakan kegembiraan di tengah bau mesiu dan amis darah di lapangan sepak bola yang sebenarnya medan tempur itu.

Setengah abad kemudian di Afrika, sepak bola membuat perang terhenti ketika Edson Arantes do Nascimento yang lebih dikenal dengan Pele, datang bersama klubnya, Santos, ke Nigeria yang lagi diamuk perang saudara yang ganas.

Baca Juga: Siap Ambil Risiko Demi Fans, Son Heung-min Bakal Kenakan Topeng Zorro di Piala Dunia 2022

Pele dan Santos datang demi menjajal Timnas Nigeria dalam sebuah laga persahabatan.

Saat itu dua pihak yang berseteru dalam perang saudara, yakni pemerintah Nigeria dan pemberontak, serempak meletakkan senjata demi pertandingan Santos melawan Timnas Nigeria.

Pasukan kedua belah pihak bahkan bersama berjaga-jaga, baik di dalam maupun di luar stadion.

Ironisnya, selama laga di mana Pele mencetak dua gol dan berakhir seri itu, tak tercipta kekerasan atau bahkan kerusuhan sekalipun, padahal penonton laga berasal dari dua kubu bermusuhan.

Hari itu tak terdengar salak senjata di seluruh Nigeria karena semua orang tertuju kepada laga Pele cs melawan timnas Nigeria.

Sebaiknya Pertimbangkan

Load More