Itulah alasan mengapa banyak pihak menilai Jepang tampil lebih serius saat menghadapi Timnas Indonesia dibandingkan ketika bertemu Australia.
Keputusan Hajime Moriyasu untuk menurunkan pemain-pemain utama seperti Wataru Endo, Daichi Kamada, dan Takefusa Kubo menjadi indikator kuat bahwa laga kontra Indonesia dianggap penting oleh sang pelatih, baik dari sisi gengsi maupun untuk menjaga momentum positif jelang fase selanjutnya.
Selain dari komposisi pemain, pendekatan permainan Jepang pun terasa berbeda. Saat melawan Australia, Samurai Biru lebih banyak bereksperimen dengan pola serangan dan mencoba menyesuaikan ritme pertandingan.
Hal ini wajar mengingat kehadiran banyak pemain debutan dan pelapis yang perlu waktu untuk beradaptasi dalam sistem permainan tim nasional.
Namun saat melawan Indonesia, Jepang langsung tampil agresif sejak menit awal. Dominasi penguasaan bola, variasi serangan dari sisi sayap dan tengah, hingga pressing ketat menjadi bukti keseriusan mereka.
Kecepatan serangan yang diperagakan oleh Kubo dan Kamada, serta peran vital Endo dalam mengatur tempo permainan di lini tengah, benar-benar membuat Indonesia kesulitan mengembangkan permainan.
Apapun alasannya, perbedaan pendekatan dan komposisi pemain tersebut memberi pesan jelas bahwa Jepang tidak menganggap remeh Indonesia. Justru sebaliknya, skuad Garuda dianggap sebagai lawan yang layak diwaspadai, sehingga butuh kekuatan penuh untuk memastikan kemenangan.
Timnas Jepang memang menunjukkan dua wajah berbeda dalam dua laga terakhir Grup C. Eksperimen dan rotasi saat melawan Australia menjadi ajang uji coba, sedangkan pertandingan melawan Indonesia menjadi panggung unjuk kekuatan.
Perbedaan ini mempertegas bagaimana strategi dan target Jepang disesuaikan secara spesifik tergantung pada lawan yang dihadapi, sesuatu yang harus dipelajari oleh tim-tim lain, termasuk Indonesia, untuk menyesuaikan taktik di level internasional.
Baca Juga: Pemain Keturunan Berbandrol Rp208 M Kirim Kode Keras Ingin Bela Timnas Indonesia
Kontributor: Muh Faiz Alfarizie
Berita Terkait
-
Pemain Keturunan Berbandrol Rp208 M Kirim Kode Keras Ingin Bela Timnas Indonesia
-
Kalah dari Jepang 6-0, Kualitas Sepakbola Indonesia Memang Jauh Tertinggal
-
Tim Indonesia Babak Belur di Osaka, Erick Thohir Tak Mau Larut dalam Kecewa
-
12.000 Km dari Kampung Halaman, Ole Romeny Hidup di Dua Dunia
-
Timnas Indonesia Merana, Jepang Nobatkan Diri Sebagai Tim Terkuat di Grup C
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
Terkini
-
Kevin Diks cs Kena Amuk Pelatih: Kecewa! Gagal!
-
Bergantian Datang ke Jakarta, 3 Pelatih Kelas Dunia Tak Dilirik PSSI untuk Timnas Indonesia
-
Tips Buat Suporter Pilih Sepatu Saat Nonton di Stadion Indonesia, Tetap Casual Namun Nyaman
-
Tak Jadi Dirtek PSSI, Henk ten Cate Kini Pelatih Timnas Suriname Target Lolos Piala Dunia 2026
-
Maarten Paes Disebut STY di Isu Panas Ruang Ganti Timnas Indonesia, Ada Apa?
-
Tahan AC Milan, Media Italia Sanjung Jay Idzes Bak Pahlawan
-
Kebetulan atau Isyarat? Pelatih Dunia Datang Saat Timnas Indonesia Tanpa Nahkoda
-
Nasib Enzo Maresca di Ujung Tanduk Gegara Ucapan Kontoversial Usai Chelsea Menang
-
Yance Sayuri vs Marc Klok, Siapa Gajinya Lebih Besar?
-
Sinyal Perpisahan Mohamed Salah? Pertemuan Rahasia di London Bikin Liverpool Siaga