Bola / Bola Indonesia
Kamis, 11 September 2025 | 10:48 WIB
Gerald Vanenburg dan Patrick Kluivert. (Instagram/geraldvanenburgofficial & PSSI)
Baca 10 detik
  • Timnas senior dan U-23 sama-sama gagal mencatat shot on target meski dominan.
  • Patrick Kluivert dan Gerald Vanenburg jadi sorotan atas kelemahan serupa.
  • PSSI hadapi tantangan besar dengan agenda internasional penting di depan mata.
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Dua pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert dan Gerald Vanenburg, sedang dalam sorotan besar usai penampilan kurang meyakinkan dari dua level berbeda yakni tim senior dan U-23.

Meski menguasai jalannya laga, keduanya sama-sama gagal mencatatkan satu pun tembakan tepat sasaran.

Fenomena ini langsung menyoroti dua sosok pelatih asal Belanda yang kini dipercaya PSSI, yakni Patrick Kluivert dan Gerald Vanenburg.

Alih-alih memberi jawaban atas kelemahan tim, keduanya justru berbagi catatan buruk yang sama: tumpul di lini depan.

Patrick Kluivert memimpin skuad Garuda dalam FIFA Matchday September 2025.

Gagal Juara Piala AFF U-23 2025, Gerald Vanenburg Ternyata Coba Formasi Baru Lawan Vietnam [Dok PSSI]

Hasil manis sempat didapat saat Indonesia menggilas Chinese Taipei 6-0 di laga perdana.

Namun, ketika menghadapi Lebanon di Stadion Gelora Bung Tomo, dominasi 81 persen penguasaan bola tak mampu berbuah kemenangan.

Stefano Lilipaly dan rekan-rekan melepaskan sembilan tembakan, tapi tak ada satu pun yang mengarah ke gawang. Skor kacamata pun tak terhindarkan.

Absennya Ole Romeny karena cedera membuat kelemahan di lini serang semakin terasa.

Baca Juga: Peta Kekuatan Irak Berubah Jelang Lawan Timnas Indonesia, Apa Saja yang Lebih Baik?

Kluivert pun dituntut segera menemukan solusi, terlebih Indonesia akan menghadapi lawan berat di Kualifikasi Piala Dunia 2026 bulan Oktober mendatang.

Kurang dari sehari setelah laga tim senior, giliran Timnas U-23 tampil di bawah asuhan Gerald Vanenburg.

Hasilnya, Garuda Muda takluk 0-1 dari Korea Selatan U-23 dan dipastikan gagal lolos ke Piala Asia U-23 2026.

Ironisnya, pola yang muncul sama: dominasi permainan tanpa hasil nyata.

Rafael Struick dkk memegang 59 persen penguasaan bola dan melepaskan tujuh tembakan, tapi semuanya melenceng dari sasaran.

Kedua hasil ini jadi tamparan bagi PSSI yang sebelumnya menaruh harapan besar pada dua pelatih Belanda.

Dengan jadwal besar menanti, terutama Kualifikasi Piala Dunia 2026, publik kini menunggu apakah filosofi sepak bola Belanda yang mereka bawa benar-benar cocok untuk Timnas Indonesia.

Kontributor : Imadudin Robani Adam

Load More