Bola / Bola Indonesia
Kamis, 11 September 2025 | 13:45 WIB
Jordi Amat bersama pemain Persija Jakarta lainnya. (ileague.id)
Baca 10 detik
  • Pertahanan solid Persija dibangun di atas sistem komunikasi yang melibatkan tiga bahasa: Inggris, Indonesia, dan Portugis.
  • Carlos Eduardo menjadi figur sentral, bertindak sebagai komandan multibahasa yang menjembatani komunikasi antara para bek.
  • Sistem ini terbukti efektif membuat pertahanan Persija menjadi yang paling kokoh di liga, dengan baru kebobolan dua gol dari empat pertandingan.
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Lini belakang Persija Jakarta musim ini tak hanya terasa mewah, tetapi juga begitu multikultural. Ada kiper asal Brasil (Carlos Eduardo), bek keturunan Spanyol (Jordi Amat), dan palang pintu Timnas Indonesia (Rizky Ridho).

Tiga bahasa, tiga latar belakang berbeda. Seharusnya, ini adalah resep sempurna untuk sebuah bencana miskomunikasi.

Namun, faktanya justru sebaliknya. Tembok pertahanan Macan Kemayoran menjadi yang paling kokoh di liga, baru kebobolan dua gol dari empat laga.

Lantas, apa rahasia di balik anomali ini? Jawabannya terletak pada sang komandan di bawah mistar, Carlos Eduardo.

Edu, sang kiper, ternyata bukan hanya seorang penjaga gawang. Ia adalah seorang 'komandan poliglot' yang sukses meruntuhkan tembok bahasa dan menciptakan sistem komunikasinya sendiri.

Carlos Eduardo, penjaga gawang asing yajg dipertahankan Persija Jakarta. (persija.id)

“Saya pakai bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Portugis. Jadi kami membuat target sendiri, bahwa kami harus bisa berkomunikasi,” ungkap Edu dikutip dari Antara.

Alih-alih memaksakan satu bahasa, mereka justru menciptakan sebuah "bahasa universal" di atas lapangan.

Sebuah campuran dari tiga bahasa yang hanya dimengerti oleh mereka, para penjaga benteng Persija.

“Dengan Jordi (Amat), (Rizky) Ridho, kami membuat satu bahasa dan kami sudah mengerti bagaimana komunikasinya. Untuk bisa lebih baik komunikasi dan semua bisa saling mengerti,” ujar Edu.

Baca Juga: Sebanyak 2.000 Personel akan Amankan Laga Persib Bandung vs Persebaya

Sistem komunikasi unik inilah yang menjadi kunci. Saat bola datang, tidak ada lagi jeda untuk berpikir atau menerjemahkan.

Perintah dan peringatan mengalir deras dalam bahasa hibrida yang mereka ciptakan, membuat pertahanan bergerak sebagai satu unit yang solid.

Ketenangan Edu sebagai komandan mungkin juga dipengaruhi oleh 'senjata rahasia' lainnya: ia adalah pemegang sabuk coklat Brazilian Jiu-Jitsu.

Namun, ia dengan rendah hati menolak mengambil kredit sendirian.

“Kami tidak mungkin bertahan dengan hanya pemain belakang, semua pemain, termasuk yang di tengah dan di depan. Jadi pertahanan kami dimulai dari para pemain penyerang,” tuturnya.

Kini, tembok kokoh yang solid ini akan menghadapi ujian berat selanjutnya saat Persija, yang memuncaki klasemen, menjamu Bali United di Jakarta International Stadium (JIS) pada Minggu (13/9) mendatang.

Load More