Bola / Liga Italia
Rabu, 31 Desember 2025 | 17:19 WIB
Tolak Inggris dan Spanyol, Ini Rahasia Kesetiaan Javier Zanetti untuk Inter Milan. [Dok. IG Zavier Zanetti]
Baca 10 detik
  • Javier Zanetti setia di Inter Milan sejak 1995 hingga 2014 karena kecintaan dan tawaran klub lain ditolak.
  • Keputusan Zanetti bertahan didukung keyakinannya pada pengorbanan Presiden Moratti yang berujung gelar *treble winner* 2010.
  • Zanetti mendukung Cristian Chivu menjadi pelatih kepala baru karena dinilai memiliki kecerdasan dan potensi besar.

Suara.com - Legenda Inter Milan yang kini menjabat sebagai wakil presiden klub, Javier Zanetti, mengungkap alasan di balik kesetiaannya bersama Nerazzurri sepanjang karier, meski sempat mendapat tawaran menggiurkan dari klub-klub Inggris dan Spanyol.

Zanetti datang ke Eropa dari Argentina pada 1995 dan langsung bergabung dengan Inter.

Sejak saat itu, ia tak pernah berpaling hingga gantung sepatu pada 2014.

Bahkan setelah pensiun, ikatannya dengan klub tidak terputus, karena ia langsung masuk ke jajaran manajemen sebagai wakil presiden.

“Inter adalah klub di hati saya, klub yang saya cintai,” ujar Zanetti kepada Sky Sports UK.

“Saya mendapat tawaran dari Spanyol dan Inggris, tetapi saya memilih bertahan karena ingin meninggalkan jejak di institusi ini.”

Menurut Zanetti, keputusannya bertahan juga didorong oleh kepercayaan penuh kepada mantan presiden Inter, Massimo Moratti, yang kala itu berkorban besar demi kejayaan klub.

“Saya tahu presiden saat itu melakukan pengorbanan luar biasa agar Inter bisa meraih gelar-gelar penting. Dan waktu membuktikan bahwa keputusan itu benar,” katanya.

Kepercayaan Zanetti terbukti pada musim bersejarah 2010, ketika Inter meraih treble winner—Scudetto, Liga Champions, dan Coppa Italia—di bawah asuhan Jose Mourinho.

Baca Juga: Francesco Pio Esposito Menggila! Chivu Sebut Bintang Muda Inter Milan Tak Tergantikan

Zanetti menjadi kapten tim, sementara salah satu rekan setimnya kala itu adalah Cristian Chivu.

Kini, Chivu kembali ke Inter dengan peran berbeda sebagai pelatih kepala. Zanetti menilai penunjukan tersebut sangat layak.

“Saya sangat senang karena Cristian pantas mendapatkan kesempatan ini. Bahkan saat masih menjadi rekan setim, dia sudah terlihat sebagai pemain yang sangat cerdas,” tutur Zanetti.

“Sekarang dia mendedikasikan dirinya sebagai pelatih. Kami semua senang dan bangga dia memimpin tim ini. Sejak dulu sudah jelas bahwa dia punya kemampuan untuk berkembang sebagai pelatih,” tambahnya.

Meski demikian, Inter menutup tahun 2025 tanpa trofi.

Nerazzurri gagal meraih Scudetto setelah kalah dua poin dari Napoli, takluk di final Liga Champions dari Paris Saint-Germain, tersingkir di semifinal Coppa Italia, serta gagal di dua edisi Supercoppa Italiana.

Load More