Bri / News
Senin, 01 Desember 2025 | 14:06 WIB
Wisata Edu Lontar Sewu. (Dok: BRI)

Suara.com - Di hamparan 190 hektare lahan Desa Hendrosari, Kecamatan Menganti, Gresik, rimbunnya pohon lontar bukan hanya menjadi panorama alam, namun denyut ekonomi masyarakat. Desa ini sejak lama dikenal sebagai sentra petani legen, penghasil minuman tradisional dari getah bunga lontar, dengan potensi ribuan pohon yang menopang kehidupan banyak keluarga.

Potensi itu semakin bersinar setelah hadirnya Wisata Edu Lontar Sewu, yang dibangun sejak 2019 melalui program PIID-Pel Kementerian Desa. Menurut Arifi, pengelola Lontar Sewu, tujuan besar pengembangan wisata ini adalah menggerakkan ekonomi warga dengan memanfaatkan potensi alam desa.

"Kami punya pohon lontar yang cukup banyak, ada 3.600 pohon, kemudian kami punya potensi alam yang cukup menunjang, dan UMKM yang cukup banyak. Tujuan kami mendirikan wisata adalah untuk mengangkat ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi alam yang ada tersebut," ujarnya.

Kini, 63 karyawan dan 47 UMKM ikut tumbuh bersama destinasi ini. Semua pekerja merupakan warga lokal, diperkuat oleh BUMDes Hendrosari yang aktif mengelola usaha dan memperluas dampaknya. Bahkan, di masa kejayaannya, UMKM di sekitar wisata mencapai lebih dari 103 pelaku usaha.

"Tumbuhnya Edu Wisata ini membuat banyak warung dan usaha mandiri bermunculan,” ujar Aristoteles, Direktur BUMDes Hendrosari.

Petani Legen Bangkit Bersama Klaster: Dulu Keliling Pasar, Sekarang Pembeli yang Datang

Salah satu tokoh yang merasakan perubahan nyata adalah Abdul Manab, Ketua Klaster Legen. Ia sudah menjadi petani legen sejak 2007, memahami betul proses pengolahan dari bunga lontar hingga menjadi minuman segar tidaklah mudah.

"Dulu kami keliling dari pasar ke pasar untuk jualan. Sekarang pembeli yang datang sendiri ke desa wisata," tuturnya.

Namun perubahan paling besar dirasakan sejak hadirnya dukungan permodalan dari BRI. Menurut Abdul Manab, petani legen kini tak lagi khawatir produk mereka cepat rusak.

Baca Juga: BRI Peduli Salurkan Ribuan Paket Sembako untuk Masyarakat di Gunung Putri

"Banyak bantuan dari BRI, termasuk KUR dan program pengadaan mesin pendingin. Sudah ada 10 mesin pendingin diberikan. Ini sangat penting karena legen asli tidak bisa disimpan sembarangan," jelasnya.

Dengan penyimpanan di freezer, kualitas rasa dan aroma tetap terjaga sehingga petani tidak mengalami kerugian saat ada sisa produk.

BRI menjadi mitra yang tidak hanya memberi pembiayaan, tetapi juga solusi konkret yang langsung menjawab kebutuhan pelaku usaha lokal.

Sementara itu, Abdul Mujid Junaidi, Kepala Unit BRI Domas, melihat potensi besar Hendrosari sejak awal. Ia bersama tim perlahan melakukan edukasi keuangan, mendorong literasi simpan-pinjam, hingga akhirnya Desa Hendrosari menjadi bagian dari program Desa BRILiaN.

Direktur Mikro BRI, Akhmad Purwakajaya, menjelaskan, Desa BRILiaN merupakan program strategis BRI yang menumbuhkan kemandirian ekonomi desa melalui empat pilar yakni, Penguatan BUMDes dan koperasi des, digitalisasi melalui BRImo dan BRILink, keberlanjutan ekonomi desa, serta inovasi masyarakat desa.

"BRI terus melakukan pendampingan dan pemberdayaan. Saat ini sudah lebih dari 5.000 desa BRILiaN di seluruh Indonesia," ujarnya.

Load More