Film ini menggambarkan kemiskinan dengan realis, mulai dari rumah yang tidak dibangun sempurna dan terkesan dipaksa untuk diterima dengan seadanya. Hingga lingkungan kumuh dan adegan berebut tempat duduk saat menaiki transportasi umum.
Pengambilan gambar dari dekat dalam beberapa adegan berhasil menunjukkan kerapuhan dari karakter utama Sonia. Namun pandangan ini tidak kemudian mengkerdilkan bagaimana detail dalam pengambilan gambar dalam ruang yang kompleks ditata dengan cukup rapi.
Misalnya, dalam adegan Sonia melakukan stand up comedy dengan disaksikan teman satu sekolah dan para guru. Penonton bisa merasakan perubahan emosi yang terjadi ketika uji coba tersebut menjelma menjadi keberhasilan dan penerimaan diri.
Bayang-Bayang Kemiskinan dan Eksklusivitas Pendidikan
Memfokuskan analisis pada faktor kemiskinan mungkin terkesan tidak adil bagi keistimewaan fisik yang dimiliki oleh Sonia. Namun mau tidak mau diakui, baik India maupun Indonesia menghadapi masalah yang serupa, di mana kemiskinan menjadi tabir bagi sebagian kalangan untuk mengakses pendidikan.
Hanya mereka yang kaya yang bisa mengakses pendidikan dengan leluasa. Pendidikan di sekolah A, B, maupun C hanya diperuntukkan mereka yang berasal dari keluarga dengan kebebasan finansial.
Itu lah yang dialami oleh Sonia. Ketidakmampuan Sonia untuk memiliki sepatu membuka pintu intimidasi dan tidak mau tahu dari tenaga pendidik di sekolah.
Intimidasi kemudian diiringi dengan keengganan untuk mempelajari bahwa pengajaran yang tepat yang diberikan kepada Sonia, 'seharusnya' dilakukan dengan cara yang lebih inklusif.
- Support System dan Sekolah Alternatif
Inklusivitas secara konsisten menjadi hal yang terus dipelajari, dikembangkan, dan direalisasikan dalam dalam pendidikan hingga hari ini. Berbicara soal inklusivitas pendidikan bisa dimulai dari berbicara soal sistem pendidikan.
Baca Juga: Review Film Wicked, Ketika Penyihir Juga Punya Kisah untuk Didengar
Dewasa ini, sistem pendidikan di dunia semakin digandrungi dengan munculnya sekolah-sekolah alternatif, yang menawarkan kurikulum, penjelasan teori, hingga praktik yang dinstingtif dari sekolah formal/pemerintah.
Prithvi Konanur selaku produser Bird of A Different Feather menerangkan bahwa ia menemukan beberapa sekolah alternatif yang ada di Indonesia.
"Saya tidak tahu mengenai (sekolah alternatif) di India, namun saya menemukan beberapa (sekolah serupa) di India, dengan pembelajaran yang interaktif dengan alam," ujar Prithvi, pada penayangan film Bird of A Different Feather di Empire XXI Yogyakarta, Indonesia, Jumat (22/11/2024) lalu.
"Mereka (para siswa) tidak hanya belajar soal (mata pelajaran yang biasa diajarkan), namun juga seperti apa rasanya mendapatkan support system ketika belajar," kata Prithvi menyambung.
Sekolah alternatif--seperti namanya, merupakan alternatif yang ditawarkan para pejuang pendidikan dari sekolah 'tradisional'. Sekolah ini tidak hanya mengasah siswa untuk berpikir secara mandiri namun melibatkan kedekatan 'emosional' yang jarang diperoleh di sekolah formal.
Sekolah alternatif juga membuka potensi bagi mereka dengan kebutuhan khusus, untuk mendapatkan akses pendidikan yang lebih setara ketimbang sekolah formal.
Berita Terkait
-
Deretan Karya Sineas di Alternativa Film Awards and Festival 2024 yang Mencuri Perhatian Dunia
-
Kelahiran Alternativa untuk Komunitas dan Masa Depan Industri Film Indonesia
-
Alternativa Film Festival by Indrive Perdana Umumkan Pemenang Alternativa Film Awards 2024
-
Perayaan Kreativitas: Alternativa Film Awards & Festival 2024 Dibuka Bersama Refleksi Hak-Hak Disabilitas
-
Alternativa Film Festival 2024 Gelar Pemutaran Gratis dan Industry Days
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
30 Tahun Jadi Baladewa, Laki-Laki Ini Sukses "Racuni" Putrinya dengan Lagu-Lagu Dewa 19
-
Ella JKT48 Kena Skandal Apa? Dinonaktifkan Karena Langgar Golden Rules
-
Deep Blue Sea: Hiu Cerdas Pemburu Ilmuwan, Tayang Malam Ini di Trans TV
-
Kondisi Terkini Area GBK, Lokasi Konser Dewa 19 All Stars
-
Aksi Syahrini Lap Tangan ke Jas Reino Barack Usai Pegang Mikrofon Bikin Gaduh
-
Rumah Dijarah, Sahroni Janji Tak Bawa Hukum ke Orang yang Kembalikan Barang Mewahnya!
-
Mundur karena Freeport, The Panturas Sumbangkan Hasil Jual Merchandise di Pestapora 2025 ke Papua
-
Setlist Sheila On 7 di Pestapora 2025 Bakal Beda dari Biasanya
-
.Feast dan Hindia Mundur dari Pestapora 2025 karena Freeport: Kami Patah Hati dan Marah
-
Sinopsis dan Fakta Menarik Confidence Queen, Drakor Anyar Park Min Young, Tayang di Prime Video