Suara.com - Pengusaha jalan tol sekaligus tokoh filantropi, Jusuf Hamka, kembali menjadi perbincangan publik.
Sosok yang dikenal banyak membangun masjid ini tiba-tiba membuat pengakuan mengejutkan soal dalang di balik kerusuhan Mei 1998, salah satu episode kelam dalam sejarah Indonesia.
Pengakuan tersebut disampaikannya saat menjadi tamu dalam podcast Uya Kuya, yang tayang baru-baru ini.
Potongan perbincangan mereka pun dengan cepat viral dan menyedot perhatian warganet karena menyentuh isu sensitif yang masih membekas di benak masyarakat.
“Pak Yusuf tahu nggak dalangnya, terlepas mau bicara atau tidak?” tanya Uya membuka obrolan.
Dengan raut tenang, Jusuf Hamka menjawab penuh keyakinan, “Saya tahu. 95 persen saya tahu kira-kira orangnya.”
Pernyataan tersebut langsung memicu rasa penasaran dari Uya Kuya. Bahkan komedian sekaligus anggota DPR itu terus menggali informasi lebih jauh terkait sosok yang dimaksud.
“Dalangnya masih hidup sampai sekarang?” tanya Uya lagi.
“Yang master mind-nya masih hidup,” jawab Jusuf Hamka tanpa ragu.
Baca Juga: Prabowo Ultimatum Anak Buah jika Kerjanya Lelet: Kita Tinggalkan di Pinggir Jalan Saja
Lebih jauh, Jusuf Hamka juga menekankan bahwa dalam peristiwa Mei 1998, banyak fitnah yang sengaja disebarkan untuk menggiring opini publik.
Ia menolak anggapan bahwa Orde Baru sepenuhnya harus disalahkan atas kekacauan tersebut.
“Saya harus ceritakan, jangan kita memfitnah Orde Baru yang buat ini. Tidak. Kalau yang menjatuhkan Orde Baru itu mahasiswa, itu betul. Tapi setelah itu ditunggangi dan disusupi,” ujarnya.
Ia menyebut bahwa banyak tokoh juga menjadi korban fitnah pada saat itu, termasuk keluarga Presiden Soeharto hingga Prabowo Subianto.
“Kemudian difitnahlah berbagai macam pihak, seperti keluarganya Pak Harto difitnah, Pak Prabowo ini fitnah semua,” tambahnya.
Jusuf juga menyoroti kejanggalan lain yang ia temui saat kerusuhan meletus pada 13 dan 14 Mei 1998. Ia mempertanyakan mengapa pasukan militer tidak segera turun tangan, padahal situasi saat itu sangat genting.
Berita Terkait
-
Momen Jusuf Hamka Muak Difitnah Pemerintah, Padahal Negara Utang Rp 800 Miliar
-
Kekayaan Hary Tanoesoedibjo, Bos MNC Group yang Digugat Jusuf Hamka!
-
Kekayaan Fantastis Jusuf Hamka, Bos Jalan Tol yang Gugat Konglomerat Hary Tanoesoedibjo ke Pengadilan!
-
Bos Tol CMNP Jusuf Hamka Gugat Taipan MNC Hary Tanoe
-
Dua Anak 'Raja Tol' Jusuf Hamka Kompak Mundur dari Deretan Bos CMNP
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Viral dan Raih AMI Awards, Lagu Tabola Bale Telah Mengubah Hidup Seorang Siprianus Bhuka
-
Remake Berbagi Suami Sedang Disiapkan, Masih Tentang Sudut Pandang Perempuan
-
Sinopsis Pro Bono: Drakor Hukum Baru Jung Kyung Ho Sebagai Pengacara, Siap Tayang di Netflix!
-
Momen Tak Terduga di AMI Awards 2025: Raisa Lari Terbirit-birit, Kru sampai Ikutan
-
Sinopsis Air Mata Mualaf: Acha Septiasa Jatuh Cinta dengan Islam, Ditentang Ayah yang Pendeta
-
Sinopsis The Chronology of Water: Debut Penyutradaraan Kristen Stewart
-
Promo Menarik Nonton Film Agak Laen Menyala Pantiku di XXI dan CGV untuk yang Mau Ngirit
-
Bintang 'Wicked: For Good' Sulap Singapura Jadi Dunia Oz di Premiere Megah Asia-Pasifik
-
Sarwendah Sebut Ruben Onsu Biayai Rumah Tangga Pakai Sistem Reimburse
-
Tak Ada Takutnya, El Putra Beri Pelukan dan Dansa di Depan Ferry Maryadi