Tangis Nikita Mirzani Pecah Bertemu Anak Bungsu di Ruang Sidang, Kepulangannya Dirindukan

Suara.com - Suasana haru juga sempat menyelimuti ruang sidang utama Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di tengah persidangan lanjutan kasus pemerasan yang menjerat Nikita Mirzani, Kamis, 7 Agustus 2025.

Artis kontroversial itu tak kuasa membendung air matanya saat dipertemukan dengan sang putra bungsu, Arkana Mawardi yang mulai merindukan ibunya.

Momen pilu tersebut terjadi sebelum sidang dengan agenda pemeriksaan saksi dimulai dan situasi berangsur memanas.

Wanita berusia 39 tahun itu langsung memeluk dan menggendong erat Arkana yang sengaja dihadirkan ke hadapannya.

Dalam pertemuan singkat yang berlangsung sekitar dua menit itu, isak tangis Nikita tak tertahankan.

Momen tersebut menjadi puncak kerinduan seorang ibu yang harus terpisah sementara dari buah hatinya akibat proses hukum yang berjalan.

Salah satu sahabat Nikita, Dokter Oky Pratama pun berbagi cerita tentang percakapan memilukan antara ibu dan anak itu.

"Tadi sedih, tanya Ami kapan pulang?," bebernya.

Dokter Oky Pratama juga menceritakan bagaimana Arkana sampai susah makan karena merindukan suapan Nikita Mirzani.

Baca Juga: Sering Dicap Membingungkan, Reza Gladys Akhirnya Ungkap Poin Ancaman Nikita Mirzani

"Saya tadi tanya, (Arkana) udah makan apa belum. Katanya nggak nafsu makan, maunya Ami yang suapin. Saya cuma bisa bilang, iya, nanti ya," kisah Oky.

Bagi Oky Pratama, pemandangan itu menegaskan sisi lain dari seorang Nikita Mirzani yang jarang diketahui publik.

"Kalian nggak tahu kan, kalau Niki sama anaknya benar-benar ngemong banget," tutur Oky.

Untuk diketahui, kehadiran Dokter Detektif atau Doktif sebagai saksi hari ini membuat situasi tidak kalah panasnya dengan ketika Dokter Oky Pratama dan Shella Saukia datang di sidang sebelumnya.

Sikap jaksa yang berulang kali memotong kesaksian Doktif membuat Nikita Mirzani meradang dan menuding jaksa tidak netral dalam menangani perkara.

Jalannya sidang bahkan sampai diskors karena hakim melihat situasi tidak kondusif lagi seiring amukan Nikita dan para pendukungnya.