Entertainment / Film
Jum'at, 19 Desember 2025 | 09:15 WIB
Umay Shahab [Rena Pangesti/Suara.com]
Baca 10 detik
  • Sinemaku Pictures merilis film baru berjudul "Patah Hati yang Kupilih" dengan tema isu sensitif percintaan beda agama.
  • Umay Shahab menolak pelabelan sebagai corong tunggal suara Generasi Z dalam industri perfilman Indonesia saat ini.
  • Pemilihan cerita film Sinemaku Pictures berawal dari keresahan tim kreatif, bukan hanya mengejar viralitas dari komentar publik.

Suara.com - Rumah produksi Sinemaku Pictures kembali meramaikan industri perfilman Tanah Air. 

Kali ini, PH yang dibangun Umay Shahab dan Prilly Latuconsina ini merilis film bertajuk Patah Hati yang Kupilih.

Film Patah Hati yang Kupilih mengangkat tema yang cukup sensitif namun dekat dengan realitas sosial, kisah cinta beda agama. 

Topik ini dinilai sangat mewakili perasaan banyak anak muda masa kini.

Sebagai informasi, ini bukan kali pertama Sinemaku Pictures menggarap film yang dianggap relate dengan para Gen Z.

Poster film Patah Hati yang Kupilih, yang dibintangi Prilly Latuconsina dan Brian Domani. [Instagram]

Sebelumnya, PH ini sukses besar lewat sederet judul seperti Kukira Kau Rumah, Ketika Berhenti di Sini, hingga Perayaan Mati Rasa.

Deretan karya tersebut membuat Sinemaku Pictures kerap dicap sebagai rumah produksi yang menjadi "corong" atau wadah suara bagi Generasi Z.

Menanggapi hal tersebut, Umay Shahab selaku produser dan pendiri Sinemaku Pictures memberikan pandangannya. 

Umay Shahab menolak jika dilabeli sebagai satu-satunya perwakilan generasi tersebut.

Baca Juga: Bakal Gelap Banget! Intip Sinopsis The Death of Robin Hood yang Dibintangi Hugh Jackman

"Kalau corong kan kayaknya satu-satunya ya, kayaknya enggak deh. Mungkin bagian dari generasinya mungkin," ujar Umay Shahab kepada awak media ditemui di Plaza Indonesia, Kamis, 18 Desember 2025.

Umay Shahab produseri film Patah Hati yang Kupilih. Film yang dibintangi Prilly Latuconsina dan Bryan Domani, yang bertema tentang hubungan beda keyakinan. [Rena Pangesti/Suara.com]

Aktor 23 tahun ini menjelaskan, timnya memang berusaha merepresentasikan generasi mereka. Namun bukan berarti ingin mengklaim sebagai penguasa tunggal segmen tersebut.

"Jadi... jadi enggak mau juga self-proclaim bahwa ya kita satu-satunya dari generasi Z," tegasnya.

Umay Shahab menyadari, saat ini regenerasi sineas sedang berjalan dengan sangat baik di industri perfilman Indonesia.

"Karena pada kenyataannya kan juga sekarang makin banyak sutradara-sutradara muda di generasi gue juga gitu pasti," kata Umay Shahab.

Ia lantas menyebutkan sejumlah nama rekan sejawatnya yang kini turut mewarnai industri film dengan karya-karya segar.

"Kayak ada kemarin ada Rafki Hidayat, ada Kevin Rahardjo, terus ada Achot Hendra yang mau rilis film, ada Kristo yang kemarin rilis Tinggal Meninggal gitu," sebutnya.

Melihat fenomena ini, Umay Shahab justru merasa bangga karena anak muda semakin dipercaya memegang kendali produksi.

"Jadi ya justru semakin senang ketika sekarang di industrinya semakin banyak anak-anak muda seumuran kami yang dipercaya gitu untuk bikin film," tuturnya.

Terkait proses kreatif dalam menentukan cerita, Umay Shahab menegaskan bahwa Sinemaku Pictures tidak sekadar menyaring ide dari komentar netizen atau mengejar hal viral.

"Kalau nyaring dari kolom komentar sih enggak ya, tapi lebih ke mungkin apa yang ada di komentar itu bisa jadi cerminan gitu," jelas rekan Prilly Latuconsina.

Menurutnya, setiap karya bermula dari pertanyaan ke dalam diri sendiri dan tim kreatif mengenai apa yang sedang mereka rasakan atau resahkan.

"Makanya selalu berusaha dari keresahannya dulu, dari apa yang pengen disampaikan dulu, baru nanti pasti akan ketemu yang relate-relate-nya," imbuhnya.

Umay Shahab [Rena Pangesti/Suara.com]

Umay Shahab juga membandingkan proses ini dengan sineas senior seperti Joko Anwar atau Hanung Bramantyo yang berkarya berdasarkan keresahan generasi Milenial pada masanya.

"Sama kayak halnya Bang Joko, Mas Hanung, Pak Monty, mereka semua kan di generasi millennials gitu ya," kata Umay Shahab.

"Mereka membicarakan apa yang mereka resahkan, keresahan generasi mereka gitu," imbuhnya.

Selain drama, Sinemaku juga mulai merambah genre lain. Umay Shahab membocorkan proyek film horor action di tahun depan berjudul Siksa Sampai Mati.

"Diperankan oleh Laura Basuki, Prilly Latuconsina, Taskya Namya, Yasamin Jasem, Ratu Wikana, yang disutradarai oleh saya dan insyaallah tayang tahun depan," ungkapnya.

Sinemaku Pictures bukan hanya disorot mengenai film yang related dengan cerita Gen Z. Tapi pernah juga mendapat komentar, 'meromantisasi kesedihan'.

Sebab beberapa judul di Sinemaku Pictures, temanya mengangkat soal kesehatan mental yang banjir air mata.

Umay Shahab pun merespons santai soal anggapan meromantisasi kesedihan di film-filmnya. Ia mengatakan, tidak ada unsur kesengajaan untuk menjual hal-hal tersebut.

"Kalau ngomongin meromantisasi kesedihan, sebenarnya nggak pernah sih," kata Umay Shahab ditemui di Senayan, Jakarta Pusat pada Minggu (19/1/2025).

Umay Shahab menerangkan, dirinya bersama tim bukan mau meromantisasi kesedihan, namun menyampaikan apa yang dirasakan.

"Ini bukan meromantisasi, memang air mata saya cetek aja. Jadi, saya menyampaikan apa yang paling jujur yang mau saya sampaikan," kata mantan penyanyi cilik tersebut.

Load More