Status gizi buruk kerap dikaitkan dengan level ekonomi dan status pendidikan seseorang yang rendah. Namun menurut hasil pemantauan status gizi yang dilakukan pada 2015 lalu, faktor pendapatan dan pendidikan tidak selalu sejalan dengan status gizi seseorang.
"Gizi tidak berhubungan dengan pendidikan formal. Tidak selalu mereka yang berpendidikan tinggi mampu memilih, mengolah dan menyajikan makanan dengan benar," ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono pada temu media di Jakarta, baru-baru ini.
Lebih lanjut, Anung mengatakan bahwa faktor gaya hidup yang dijalani lebih berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
"Jadi mencapai gizi yang baik tidak hanya bicara tentang makanannya saja. Bagaimana pola hidupnya, aktivitas fisik apakah dilakukan, dan pemeriksaan kesehatan secara teratur dijalankan, enggak. Ini lebih berpengaruh terhadap status gizi seseorang," imbuhnya.
Hal ini, lanjut dia, terlihat dari hasil survei yang menunjukkan stuntingyse pengeluaran masyarakat Indonesia yang didominasi oleh kebutuhan belanja karbohidrat sebanyak 24 persen. Sedangkan posisi kedua sebesar 13 persen digunakan untuk pembelian makanan instan, kemudian disusul oleh pengeluaran belanja rokok. Sedangkan pengeluaran untuk membeli sayur, buah dan makanan bergizi lainnya dinilai sangat rendah.
Sementara itu, Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes, Doddy Iswardy, menambahkan golongan masyarakat berpendapatan tinggi juga tidak lepas dari risiko melahirkan anak stunting atau lahir pendek. Padahal ada anggapan bahwa anak lahir stunting yang dipengaruhi oleh status gizi bumil, erat kaitannya dengan faktor ekonomi seseorang.
"Jumlah kasus stunting pada keluarga kaya sekitar 27 persen. Sedangkan pada golongan miskin mencapai 40 persen. Artinya pendapatan nggak terlalu signifikan dengan peningkatan jumlah stunting. Buktinya, walau porsinya lebih kecil, masih banyak orang kaya yang stunting," kata dia.
Tag
Berita Terkait
-
6 Makanan Terbaik untuk Perkembangan Otak Anak, Dokter Ungkap Rahasianya
-
Nana Mirdad dan William Wongso: Meramu Makanan Sehat Nusantara Tanpa Kehilangan Rasa
-
Rambut Rontok? Konsumsi 8 Makanan Ini untuk Rambut Sehat dan Kuat!
-
Bukan Sekadar Obat, Ini 7 Makanan untuk Menjaga Kesehatan Prostat Menurut Sains
-
Tak Lagi Fokus Berakting, Nicky Tirta Tekuni Dunia Chef Demi Edukasi Ibu-Ibu Lawan Hoaks Kuliner
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!