Suara.com - Penyakit bersumber hewan, baik itu dari kelelawar, nyamuk, hingga unggas, masih jadi perhatian khusus Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Dalam acara Global Health Security Agenda (GHSA) di Bali, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Anung Sugihantono, menekankan pentingnya pencegahan penyakit bersumber hewan atau biasa disebut penyakit zoonosis.
Anung menyebut dua pertiga penyakit infeksi baru yang muncul di dunia saaat ini merupakan penyakit bersumber hewan.
"Penyakit yang menjadi konsern saat ini, dalam konteks zoonosis masih banyak seperti dari nyamuk, kelelawar, unggas, anjing dan lainnya," ujar Anung, dikutip dari ANTARA.
Kepala Badan Litbang Kesehatan Kemenkes, Siswanto mengatakan hewan bisa menjadi penular (vektor) atau penyebab penyakit (agen) ke manusia. Contoh kasusnya adalah nyamuk yang bisa menularkan malaria dan DBD jika menggigit manusia.
Hewan juga bisa bersifat reservoir, alias membawa penyakit ke sumber penularan lain. Contohnya adalah kelelawar yang menularkan virus ke babi dan hewan ternak, yang nantinya menyerang manusia.
"Perlu suatu kolaborasi dan integrasi dari semua aktor baik lintas sektor maupun masyarakat untuk bersama-sama mengatasi ancaman kesehatan terutama terhadap penyakit infeksi yang baru muncul," tutur Siswanto.
Pemerintah Indonesia menegaskan komitmen untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran penyakit zoonosis, baik itu dari nyamuk, kelelawar, ataupun unggas.
Hal inilah yang membuat Indonesia menyelenggarakan Pertemuan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis, sebagai salah satu rangkaian acara Global Health Security Agenda (GHSA) Ministerial Meeting pada 5-8 November di Nusa Dua, Bali.
Baca Juga: Waspada, Kelelawar Bisa Tularkan 4 Penyakit Berbahaya Ini
Sebanyak 15 negara yang tergabung dalam Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP) hadir membahas pencapaian dan rencana aksi implementasi 2014-2019.
Rencana aksi implementasi ini menjadi salah satu hal penting yang dicapai oleh kepemimpinan Indonesia dalam forum internasional pengendalian penyakit zoonosis.
Dalam rencana aksi tersebut beberapa hal penting disetujui bersama, termasuk dukungan masing-masing negara anggota ZDAP untuk melanjutkan penanganan penyakit zoonosis, pertukaran informasi, peningkatan kapasitas, serta komitmen jangka panjang penanganan tanggap darurat zoonosis. [ANTARA]
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!