- Menopause meningkatkan risiko demensia pada perempuan akibat penurunan hormon estrogen.
- Pencegahan dilakukan lewat gaya hidup sehat, termasuk nutrisi, tidur, manajemen stres, dan olahraga teratur.
- Seraphim Medical Center menghadirkan layanan TPS untuk mendukung kesehatan otak dan fungsi kognitif.
Suara.com - Menopause adalah fase alami dalam kehidupan perempuan, tetapi dampaknya jauh lebih luas daripada sekadar berhentinya siklus menstruasi. Memasuki masa pre-menopause hingga menopause, risiko gangguan kognitif pada perempuan diketahui meningkat.
Salah satu penyebab utamanya adalah penurunan hormon estrogen, yang selama ini berperan penting dalam menjaga fungsi otak, memori, dan konsentrasi.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi sekaligus konsultan Fertility Endocrine Reproduction Bethsaida Hospital, dr. Febby Astari, IFMCP, menjelaskan bahwa estrogen memiliki efek neuroprotektif bagi otak. Ketika hormon ini menurun, metabolisme otak ikut melambat.
“Penurunan estrogen dapat memengaruhi fungsi kognitif. Keluhan seperti mudah lupa, sulit fokus, hingga brain fog sering muncul pada fase peri dan pascamenopause. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan kognitif yang lebih serius,” jelas dr. Febby.
Ia menambahkan bahwa waktu terjadinya menopause sangat dipengaruhi oleh gaya hidup bertahun-tahun sebelumnya, mulai dari pola tidur, nutrisi, tingkat stres, hingga kebiasaan olahraga. Karena itu, pencegahan gangguan kognitif idealnya dimulai jauh sebelum menopause terjadi.
Apa yang Bisa Dilakukan? Peran Gaya Hidup, Olahraga, dan Pendekatan Wellness
Pencegahan demensia pada perempuan tidak bisa mengandalkan satu faktor saja. Pendekatan wellness menjadi fondasi penting, mencakup nutrisi yang cukup, tidur berkualitas, manajemen stres, serta aktivitas fisik yang teratur.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Seraphim Medical Center, dr. Nahum, SpKO, menekankan bahwa olahraga berperan besar dalam menjaga kesehatan otak, terutama pada perempuan yang memasuki usia menopause.
“Gaya hidup aktif dan olahraga terstruktur membantu meningkatkan aliran darah ke otak, memperbaiki metabolisme, dan mendukung neuroplastisitas otak. Semua ini penting untuk menjaga fungsi kognitif seiring bertambahnya usia,” ujar dr. Nahum.
Baca Juga: Otak Sering Buyar? Kuasai 6 Jurus Tingkatkan Produktivitas Ini
Salah satu bentuk aktivitas fisik yang direkomendasikan adalah Pilates, karena mengombinasikan gerakan terkontrol, pernapasan, fleksibilitas, dan perbaikan postur tubuh.
Pilates kata dia juga memiliki pendekatan Pilates Rehab, yang ditujukan bagi individu dengan keterbatasan fisik atau keluhan tertentu, dan dilakukan oleh fisioterapis dengan dasar medis yang kuat.
Selain fisik, aspek mental dan emosional tak kalah penting. Mindset positif, pengelolaan stres, serta kesehatan emosional berperan dalam menjaga kejernihan berpikir dan kualitas hidup perempuan di usia emas.
Pendekatan Medis Modern: Perawatan Otak di Seraphim Medical Center
Menjawab tantangan meningkatnya risiko demensia pada perempuan, Seraphim Medical Center, unit bisnis Bethsaida Healthcare yang berfokus pada wellness dan kualitas hidup jangka panjang, resmi memperkenalkan layanan Transcranial Pulse Stimulation (TPS).
Teknologi ini menjadikan Seraphim sebagai medical center pertama di Indonesia yang menghadirkan pendekatan non-invasif untuk pencegahan gangguan kognitif, termasuk demensia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?