Suara.com - Unik, Kementan dan FAO Siapkan 19 Orang untuk Jadi Detektif Penyakit Hewan
Sebanyak 19 orang tenaga dokter hewan dari seluruh penjuru Indonesia telah dididik untuk memiliki kemampuan laiknya detektif. Mereka ditempa untuk mampu menyelidiki perkembangan penyakit hewan dan melakukan investigasi wabah serta melakukan penanganan yang diperlukan.
Kemampuan tersebut diperoleh setelah memdapatkan bimbingan teknis Program Epidemiologi Lapangan Veteriner Indonesia (PELVI) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara, Kementerian Pertanian bersama Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO).
Bimbingan berkala yang dimulai sejak April 2018 ini didukung juga oleh USAID, Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, dan Alert Asia Foundation.
"Para detektif penyakit hewan ini menyediakan data ilmiah yang sangat dibutuhkan pemerintah dalam membuat kebijakan kesehatan hewan yang efektif. Bahaya penyakit hewan dapat mengganggu produksi pangan di peternakan, serta menular kepada manusia," ujar Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian, Fadjar Sumping Tjatur Rasa, dalam acara kelulusan dan pelepasan 19 tenaga epidemiologi lapangan veteriner di Yogyakarta (24/6/2019).
Kedua detektif yang bertugas di Balai Besar Veteriner Wates, Endang Ruhiat dan Dwi Hari Susanto menceritakan keterlibatan keduanya menyelidiki kasus penyakit anthrax yang kembali ditemukan di Yogyakarta, pada Mei 2019 lalu.
"Sebelumnya, kami lebih fokus pada pengambilan dan pengujian sampel untuk peneguhan diagnosa saja, misalkan sampel tanah saat penyelidikan anthrax. Kini setelah dibimbing PELVI, kami lebih dapat mengetahui gambaran besarnya sampai detil, dan spesifik kondisi lapangan tempat kejadian serta dapat menerapkan analisis ilmiah dalam setiap langkah penyelidikan, sejak persiapan hingga pembuatan rekomendasi," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Juliette Morgan, Direktur CDC Amerika Serikat di Indonesia menjelaskan bahwa 3 dari 4 penyakit infeksi baru ditularkan dari hewan kepada manusia atau bersifat zoonosis. Maka para 'detektif' penyakit hewan dengan kemampuan epidemiologinya dapat menjadi garda terdepan dalam pencegahan penularan penyakit yang dapat menjadi ancaman kesehatan global.
Setelah melalui pelatihan berkala yang terbagi dalam empat modul sejak April 2018 lalu, 16 dari 19 epidemiolog ini akan kembali bertugas di 8 Balai Besar/Balai Veteriner di bawah Ditjen PKH yang ruang lingkup kerjanya mencakup seluruh Indonesia.
Baca Juga: Dicakar Kucing Saat Kerja, Dokter Hewan Alami Tanda-tanda Mirip Tumor Otak
Sementara 2 orang masing-masing bekerja di Balai Pengendalian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan dan Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara, serta 1 orang lainnya bertugas di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan di bawah Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Saat ini, mereka juga telah diminta untuk berbagi pengetahuan dengan rekan-rekan di unit kerja masing-masing untuk membangun kesiapsiagaan terhadap bahaya penyakit hewan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit