Suara.com - Di Indonesia, sayur bayam mungkin sudah tidak asing lagi karena sering menjadi menu makanan rumahan. Selain cara membuatnya yang mudah, sayur bayam tidak mudah bau dan bisa dipanaskan kapan saja.
Sayangnya, memanaskan sayur bayam dua kali atau berkali-kali justru tidak disarankan. Beberapa orang juga berpikiran memanaskan sayur bayam berkali-kali memicu kanker
Melansir dari cooking.stackexchange.com, memanaskan sayur bayar dapat menyebabkan produksi nitrit.
Perlu dipahami bahwa bayam dan sayuran hijau lainnya mengandung konsentrasi nitrat cukup tinggi. Jumlahnya tergantung varietas, musim, kondisi tanah dan air di tempat sayuran tersebut ditanam.
Sebenarnya nitrat dalam sayur bayam sendiri tidak berbahaya, tetapi bisa dikonversi menjadi nitrit dan nitrosamin. Nitrit itulah yang bisa bereaksi dengan senyawa lain dalam tubuh dan membentuk karsinogen, senyawa penyebab kanker.
Hal ini terjadi karena enzim di dalam bakteri yang telah mengubah nitrat menjadi nitrit. Apalagi jika sayur bayam dipanaskan berulang kali.
Nitrit memang tidak berbahaya, tetapi harus dihindari oleh bayi hingga usia 6 bulan. Karena sayur bayam yang sudah dipanaskan ini bisa memengaruhi kemampuan darah untuk mengangkat oksigen dengan mengubah hemoglobin dan protein dalam darah yang menjadi methaemoglobin.
Jadi, memanaskan sayur bayam berkali-kali sebenarnya tidak akan menyebabkan kanker atau masalah kesehatan lain. Asalkan Anda memanaskannya tidak terlalu lama dan tidak dalam suhu tinggi.
Karena memanaskan sayur bayam lebih berdampak pada hilangnya kandungan nutrisi dan vitamin dalam sayuran tersebut.
Melansir dari hellosehat.com, memanaskan makanan apapun sampai berkali-kali dapat menghilangkan zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut, termasuk bayam. Hal ini membuat Anda sia-sia mengonsumsi bayam karena tidak mendapatkan nutrisinya.
Baca Juga: Ubi hingga Bayam, 5 Makanan Ini Tingkatkan Kesuburan dan Libido Wanita
Banyak zat gizi, seperti vitamin dan mineral, dalam sayuran tidak tahan dengan panas, sehingga bisa hilang jika terus terkena panas. Selain itu, panas juga dapat mengubah struktur kimia dalam bahan makanan sehingga membuat makanan menjadi sulit dicerna oleh tubuh (untuk beberapa makanan tertentu).
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas