Suara.com - Pemakaian tabir surya atau sunscreen adalah hal wajib saat beraktivitas di bawah matahari terik. Meski demikian, temuan terbaru memperlihatkan manusia menyerap lebih banyak bahan kimia tabir surya ke dalam aliran darah daripada yang direkomendasikan.
Dilansir dari Daily Mail, Peneliti dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) menguji enam bahan aktif utama dalam losion dan semprotan tabir surya.
Mereka menemukan bahwa semua bahan kimia memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dalam darah daripada ambang batas FDA.
Bahkan salah satu bahan memiliki konsentrasi yang 360 kali lebih besar dari apa yang direkomendasikan oleh agensi.
FDA dan American Academy of Dermatology menekankan bahan kimia itu aman tetapi beberapa laporan mengaitkannya dengan gangguan hormon dan gagal hati dan ginjal.
Tim menekankan bahwa temuan itu tidak berarti masyarakat harus berhenti menggunakan tabir surya. Tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan efek nyata dari kadar ini dalam darah.
Tabir surya biasanya mengandung satu atau beberapa dari enam bahan kimia, yakni avobenzone, oxybenzone, octocrylene, homosalate, octisalate dan octinoxate.
Bahan-bahan telah diteliti dalam beberapa tahun terakhir karena pertanyaan seputar keamanannya. Pada 2012, Kelompok Kerja Lingkungan mengeluarkan sebuah laporan yang merekomendasikan bahwa tabir surya bebas dari oksibenzon karena kemungkinan kaitannya dengan kerusakan sel yang dapat menyebabkan kanker kulit.
Para peneliti menekankan bahwa orang harus tetap menggunakan tabir surya, tetapi studi keamanan lebih lanjut diperlukan oleh FDA.
Baca Juga: 6 Destinasi Wisata Ini Larang Turis Gunakan Tabir Surya, Mana Saja?
Dalam editorial terkait, dr. Adewole Adamson dari Dell Medical School di University of Texas di Austin dan dr. Kanade Shinaki dari University of California, San Francisco menekankan pentingnya terus memakai tabir surya untuk melindungi dari radiasi UV dan kanker kulit.
"Laporan tersebut ... memberikan informasi penting tentang penyerapan sistemik dari tabir surya kimiawi yang memerlukan perhatian, diskusi dan studi tambahan untuk memahami relevansi klinisnya," catat mereka.
"Karena bukti yang baik menunjukkan bahwa paparan UV adalah penyebab utama kanker kulit dan melanoma yang dapat dimodifikasi, tabir surya harus terus menjadi bagian penting dari keamanan UV," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa