Suara.com - Bacillus Calmette-Guerin (BCG), sebuah vaksin yang dikembangkan ratusan tahun lalu untuk infeksi tuberkulosis (TBC) di Eropa saat ini sedang diuji terhadap virus corona baru atau Covid-19.
Di negara berkembang, vaksin BCG ini masih digunakan untuk mengatasi kondisi lainnya, termasuk mencegah kematian bayi dari berbagai penyebab, dan secara signifikam mengurangi kejadian infeksi pernapasan.
Dilansir New York Times, para ahli mengatakan vaksin BCG ini tampaknya 'melatih' sistem kekebalan untuk mengenali dan merespons berbagai infeksi, termasuk virus, bakteri, hingga parasit.
Para Ilmuwan di Melbourne, Australia, sudah memberikan vaksin BCG kepada ribuan tenaga medis, pada Senin lalu. Ini adalah uji coba terkontrol secara acak pertama yang dimaksudkan untuk menguji efektivitas vaksin terhadap SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
"Tidak ada yang mengatakan ini obat mujarab," kata Nigel Curtis, peneliti penyakit menular di University of Melbourne dan Murdoch Children's Reseacrh Institute.
Menurutnya, uji coba ini bertujuan untuk menyelamatkan tenaga kesehatan yang terinfeksi sehingga mereka dapat kembali bekerja secara lebih cepat.
Direktur Imunologi di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Denise Faustman, diketahui sedang mengumpulkan dana untuk memulai uji klinis vaksin pada pekerja kesehatan di Boston. Hasil awalnya dapat tersedia hanya dalam waktu empat bulan, katanya.
"Kami memiliki data yang sangat kuat dari uji klinis dengan manusia, bukan tikus, bahwa vaksin ini melindungi Anda dari infeksi virus dan parasit. Aku ingin memulai sekarang," tuturnya.
Salah satu penelitian paling awal dari vaksin BCG ini adalah pada 2011 yang dilakukan terhadap 2.320 bayi di Guinea-Bissau, Afrika Barat. Hasilnya dilaporkan tingkat kematian di antara bayi dengan berat lahir rendah berkurang secara dramatis setelah vaksinasi.
Baca Juga: WHO Kecam Wacana Ilmuwan Jadikan Afrika Tempat Uji Coba Vaksin COVID-19
Studi lainnya yang dilakukan selama 25 tahun terhadap lebih dari 150 ribu anak di 33 negara melaporkan risiko anak-anak terkena infeksi saluran pernapasan 40% lebih rendah setelah mereka menerima vaksin BCG.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun menyimpulkan bahwa BCG memiliki BCG memiliki 'efek di luar target' yang menguntungkan, dan merekomendasikan untuk melakukan lebih banyak uji coba vaksin terhadap infeksi lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif