Suara.com - Para peneliti Amerika Serikat mengusulkan penekanan sementara respons imun tubuh pada tahap awal infeksi sebagai pengobatan Covid-19. Penelitian tersebut telah diterbitkan di Journal of Medical Virology.
Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), peneliti menjalankan model untuk membandingkan Covid-19 dengan flu. Mereka menemukan bahwa perkembangan penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru lebih lambat.
Oleh karena itu, mereka berasumsi bahwa respons imun selanjutnya mungkin menjadi alasan untuk gejala yang lebih parah pada pasien Covid-19.
"Berdasarkan hasil pemodelan matematika, kami mengusulkan ide berlawanan bahwa rejimen singkat dari obat penekan kekebalan yang tepat diterapkan pada awal proses penyakit dapat meningkatkan kesembuhan pasien," kata Sean Du dari Universitas Southern California.
“Dengan agen penekan yang tepat, kita mungkin dapat menunda respons imun adaptif dan mencegahnya mengganggu respons imun bawaan, ini memungkinkan eliminasi lebih cepat dari virus dan sel-sel yang terinfeksi,” tambahnya.
Cara sistem kekebalan tubuh manusia merespons patogen invasif dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni bawaan dan adaptif.
Jenis pertama tidak spesifik dan diaktifkan dengan cepat untuk menyerang sel asing di dalam tubuh segera setelah terdeteksi. Sementara respons adaptif dimulai beberapa hari kemudian jika sel asing masih terdeteksi dan spesifik untuk jenis patogen tertentu.
Flu adalah penyakit yang bergerak cepat.
Waktu inkubasinya yang khas adalah 48 jam atau kurang dan infeksi biasanya sembuh dalam tiga hingga lima hari. Sementara virus corona baru bertindak lebih lambat.
Baca Juga: DUARRR! Gas Bocor, Warung Nasi di Cibeureum Kebakaran
Masa inkubasi rata-rata adalah enam hari dan waktu untuk benar-benar pulih sekitar 22 hari. Analisis tersebut menyarankan penekanan respons imun adaptif untuk pasien Covid-19 di awal infeksi sebelum sel-sel habis. Upaya itu dianggap bisa memperlambat infeksi dan mengganggu respons imun bawaan.
"Bahayanya adalah karena infeksi terus berlanjut, itu akan memobilisasi seluruh respons imun adaptif dengan beberapa lapisannya," kata Weiming Yuan, profesor di Universitas Southern California.
"Durasi aktivitas virus yang lebih lama ini dapat menyebabkan reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang disebut badai sitokin, ini bisa membunuh sel-sel sehat dan kerusakan jaringan," tambahnya.
Terlepas dari temuan ini, ahli imunologi lainnya memperingatkan agar tidak mengganggu respons kekebalan alami tubuh sebagai pengobatan untuk Covid-19.
Ashley St. John, seorang ahli imunologi di Universitas Duke dan National University of Singapore Medical School, mengatakan bahwa penelitian ini masih membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.
“Menekan sistem kekebalan adaptif adalah langkah yang sangat drastis. Ini bisa sangat berbahaya karena Anda melumpuhkan kemampuan tubuh Anda untuk membersihkan sedikit infeksi terakhir itu, " kata John.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien