Suara.com - Pasien Covid-19 parah yang membutuhkan ventilator mungkin bisa menglami masalah saraf dalam jangka panjang. Hal ini dilaporkan dalam sebuh studi dari Shirley Ryan AbilityLab dan Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Feinberg.
Melansir dari Medical Xpress, kebanyakan pasien Covid-19 dengan gejala parah dan menggunakan ventilator ditempatkan pada posisi tengkurap (telungkup) untuk memudahkan berbapas dan mengurangi risiko kematian. Tetapi posisi ini juga dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen.
Kondisi kerusakan saraf tidak terjadi pada pasien non-Covid-19 yang juga menggunakan ventilator dengan posisi ini. Oleh karena itu, menurut para peneliti masalah kerusakan saraf disebabkan karena berkurangnya aliran darah dan peradangan.
Studi tersebut telah diterbitkan oleh British Journal of Anesthesia.
"Sungguh mengejutkan betapa besarnya masalah ini," kata ketua peneliti Dr. Colin Franz, seorang dokter-ilmuwan di Shirley Ryan AbilityLab.
"Ini adalah persentase pasien dengan kerusakan saraf yang jauh lebih tinggi daripada yang pernah kita lihat pada orang dengan sakit kritis lainnya," tambahnya.
Menurut peneliti, orang dengan sakit parah biasanya dapat mentolerir posisi yang membantu pernapasan mereka. Tetapi saraf pasien Covid-19 tidak dapat mentolerir tekanan tersebut.
Berdasarkan jumlah pasien Covid-19 di seluruh dunia, Franz memperkirakan ribuan pasien telah terkena dampak. Sementara pola kelemahan saraf pada pasien Covid-19 selama rehabilitasi sering kali terjadi pada sendi penting seperti pergelangan tangan, pergelangan kaki atau bahu yang akan lumpuh total di satu sisi tubuh.
"Kami melihat pasien mendapatkan banyak tekanan di siku atau di leher, jadi kami telah membuat beberapa penyesuaian pada cara memposisikan sendi serta meletakkan bantalan ekstra di bawah siku dan lutut," kata Franz.
Baca Juga: Nanjing University: Antibodi Pasien Covid Hanya Bertahan Sebulan Usai Pulih
Cedera yang paling umum adalah cedera pergelangan tangan, kaki lunglai, kehilangan fungsi tangan dan bahu kaku. Beberapa pasien memiliki empat lokasi cedera saraf yang berbeda. Ada pula pasien yang harus menyeret kaki untuk berjalan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa