Suara.com - Apa itu komorbid menjadi pertanyaan yang sering kita dengar di masa pandemi Covid-19 saat ini. Pasalnya, istilah tersebut belum terlalu familiar di telinga masyarakat umum.
Apa itu komorbid menjadi penting diketahui mengingat sebagian besar kasus kematian pasien Covid-19 terjadi pada orang dengan komorbid. Bahkan, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di seluruh dunia.
Berikut ini ulasan terkait apa itu komorbid dan hubungannya dengan Covid-19.
Apa itu Komorbid?
Komorbiditas biasanya dikaitkan dengan kondisi kesehatan yang lebih buruk dan lebih kompleks. Hal ini terjadi karena terdapat gangguan episodik kronis lain atau kondisi progresif kronis lain.
Gangguan ini kemudian diartikan sebagai kondisi kesehatan yang dialami oleh seseorang secara bersamaan. Gangguan yang dimaksud dapat berupa gangguan fisik maupun kejiwaan.
Gangguan komorbid dapat disebabkan oleh setidaknya tiga faktor. Pertama, ketika satu gangguan secara langsung memengaruhi permulaan gangguan kedua. Misalnya, mengonsumsi obat diabetes terus-menerus dapat menyebabkan gagal ginjal atau demensia yang disebabkan oleh perubahan afektif akibat endokrinopati.
Kedua, ketika melibatkan efek tidak langsung dari satu gangguan pada permulaan gangguan kedua. Misalnya, tekanan terkait perubahan gaya hidup setelah didiagnosa penyakit kronis dapat menimbulkan gangguan kecemasan.
Pada kelas ketiga, komorbid dapat melibatkan penyebab umum. Misalnya, trauma yang dapat memengaruhi berbagai gangguan kecemasan.
Baca Juga: WHO Tak Sarankan Lockdown untuk Kendalikan Pandemi Covid-19, Kenapa?
Hubungan Komorbid dan Covid-19
Dalam konteks Covid-19, pasien dengan komorbid merupakan pasien yang telah memiliki penyakit kronis bawaan, seperti penderita diabetes, penderita infeksi sistem pernapasan, serta penyakit kardiovaskular.
Para penderita penyakit kronis ini biasanya memiliki imunitas yang lebih rendah dibanding orang yang sehat. Hal inilah yang membuat penderita penyakit kronis lebih rentan terpapar Covid-19.
Selain itu, pasien Covid-19 dengan komorbid juga memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibanding pasien tanpa komorbid. Terkait perawatannya, pasien dengan dan tanpa komorbid juga harus dipisahkan dalam ruangan yang berbeda.
Demikian ulasan terkait apa itu komorbid dan hubungannya dengan Covid-19. Sebagai langkah pencegahan, orang dengan komorbid perlu melakukan perlindungan yang lebih ekstra agar tidak terpapar Covid-19.
Kontributor : Theresia Simbolon
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Emas Antam Pecah Rekor Lagi, Harganya Tembus Rp 2.095.000 per Gram
-
Pede Tingkat Dewa atau Cuma Sesumbar? Gaya Kepemimpinan Menkeu Baru Bikin Netizen Penasaran
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas