Suara.com - Diet enak bahagia menyenangkan atau DEBM belakangan populer di masyarakat dengan pola makan rendah karbohidrat. Tetapi tidak diketahui pasti berapa batasan karbohidrat boleh dikonsumsi dalam menjalan program yang dikenalkan oleh seorang bernama Robert Hendrik Liembono tersebut.
Dokter spesialis gizi klinik dr. Juwalita Surapsari M. Gizi, Sp.GK mengatakan bahwa dalam kurun waktu 3-6 bulan, diet rendah karbohidrat memang lebih cepat menurunkan berat badan. Tetapi juga memiliki risiko jangka pendek dan panjang.
"Dalam waktu 3-6 bulan, low carb diet memang lebih cepat turunkan berat badan. Tapi setelah 12 bulan angkanya juga sudah hampir sama dengan diet konvensional," kata Juwalita dalam webinar yang diselenggarakan RS Pondok Indah, Rabu (14/10/2020).
Juwalita menjelaskan, jika melakukan diet sangat rendah karbohidrat, efek jangka pendek bisa berakibat sakit kepala atau pusing, dehidrasi, juga susah buang air besar. Kondisi itu disebabkan karena otak kekurangan glukosa yang menjadi sumber energi.
Selain itu dehidrasi disebabkan karena karbohidrat yang bertugas mengikat air, tetapi karena asupannya dikurangi otomatis tubuh juga sebenarnya kehilangan cairan. Sedangkan kesulitan BAB lantaran kurang serat dari buah, sayur, dan kacang-kacangan.
"Karbohidrat tidak hanya di nasi, mie, kentang atau roti. Tapi juga ada di buah, sayur, susu, kacang-kacangan. Tergantung DEBM ini kalau karbo sangat rendah tentunya jangka panjang akan muncul keluhan sakit kepala," jelasnya.
Sedangkan efek jangka panjang, Juwalita menyampaikan, berdasarkan jurnal kesehatan tahun 2018 tentang studi rendah karbohidrat selama 25 tahun bisa meningkatkan angka kematian lebih cepat dibandingkan orang yang melakukan diet seimbang.
Dokter rumah sakit Pondok Indah itu mengingatkan, diet karbohidrat juga harus memperhatikan sumber nutrisi pengganti seperti protein dan lemak. Karena asupan karbohidrat dikurangi, tentunya kadar protein dan lemak jadi lebih tinggi agar proses pembakaran kalori lebih cepat.
"Kalau mengganti dengan makanan dari protein dan lemak nabati akan menunjang kesehatan. Pilihlah lemak dan protein nabati yang baik untuk kesehatan," ujarnya.
Baca Juga: Ini Bahaya Terobsesi Makanan Organik, Bisa Kena Gangguan Orthorexia
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan
-
BPOM Edukasi Bahaya AMR, Gilang Juragan 99 Hadir Beri Dukungan
-
Indonesia Masuk 5 Besar Kelahiran Prematur Dunia, Siapkah Tenaga Kesehatan Menghadapi Krisis Ini?