Suara.com - Obat maupun vaksin Covid-19 masih dalam tahap pengujian dan belum resmi diluncurkan, namun diprediksi orang muda yang sehat mungkin harus menunggu vaksin hingga 2022.
Sebab, pejabat pemerintahan harus memprioritaskan mereka yang berisiko tinggi terlebih dahulu.
Dilansir dari Fox News, Dr Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan vaksin Covid-19 diharapkan akan selesai pada tahun 2021, namun jumlahnya akan dibatasi.
Dia mengatakan ada sekitar 11 vaksin di seluruh dunia dalam pengujian tahap akhir, dan 200 kandidat lainnya sedang dikembangkan.
"Orang cenderung berpikir, 'Ah, pada 1 Januari atau 1 April saya akan mendapatkan vaksin dan kemudian semuanya akan kembali normal,'' kata Swaminathan.
Ia memperingatkan bahwa skenarionya tidak akan berhasil seperti itu, sebab belum pernah ada yang memproduksi vaksin dalam volume yang dibutuhkan seperti saat ini.
Dia mengatakan WHO memiliki kelompok yang disebut kelompok penasihat strategis ahli imunisasi (SAGE), yang baru-baru ini merilis sebuah dokumen untuk memandu negara-negara dalam menentukan prioritas vaksin.
"Saya pikir kebanyakan orang setuju bahwa orang-orang yang paling berisiko terhadap penularan, tertular penyakit, dan sakit karenanya adalah petugas kesehatan, pekerja garis depan, dan kemudian orang tua dan yang rentan," katanya.
Negara-negara harus mulai menyiapkan rencana distribusi dan menentukan bagaimana vaksin akan dikirimkan melalui sistem kesehatan, lanjutnya.
Baca Juga: Bila Vaksin Cuma untuk 20 Persen Penduduk, Sujiwo Tejo: Mending Enggak Usah
"Anak muda yang sehat mungkin harus menunggu hingga tahun 2022 untuk mendapatkan vaksin, namun pada saat itu mudah-mudahan kita dapat membendung dampak akut, mengurangi kematian, melindungi mereka yang berada pada risiko tertinggi. Mulai memecahkan masalah akut dan kemudian kita mulai dengan melindungi sebagian besar populasi," jelasnya lagi.
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Covid-19 WHO, menekankan pentingnya memvaksinasi mereka yang berisiko tertinggi di semua negara terlebih dahulu, ketimbang memvaksinasi semua orang di satu negara.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa