Suara.com - Orgasme termasuk tanda kepuasaan seseorang ketika berhubungan seks dengan pasangannya. Sayangnya, banyak wanita mengeluh sulit mengalami orgasme selama berhubungan seks.
Padahal orgasme bisa memberikan pengalaman hubungan seks yang menggairahkan. Hal ini tidak hanya dialami oleh perempuan, tetapi juga laki-laki.
Tapi, orgasme tidak hanya disebabkan oleh hubungan seks atau penetrasi saja. Berikut ini dilansir dari Huffington Post, lima jenis orgasme pada wanita.
1. Orgasme klitoris
Orgasme jenis ini disebabkan oleh rangsangan langsung di daerah klitoris. Menurut sebuah penelitian dalam jurnal NeuroQuantology, merangsang klitoris wanita dengan sentuhan ringan bisa membantu membangkitkan gairan wanita untuk berhubungan seks.
Pasangan bisa merangsang bagian klitoris ini menggunakan jari, lidah atau mainan seks. Orgasme klitoris ini biasanya terjadi cepat disertai dengan kontraksi panggul.
2. Orgasme vagina
Orgasme vagina juga dikenal sebagai orgasme G-spot yang terjadi karena penetrasi. Menurut penelitian, wanita bisa mencapai orgasme jenis ini berulang kali bila disertai orgasme klitoris.
Peneliti mengatakan G-spot ini biasanya terletak di dinding depan vagina. Jadi, Anda bisa membantu mengarahkan pasangan ketika berhubungan seks agar merangsang bagian tersebut.
Baca Juga: Positif Terinfeksi Virus Corona, Tangan Pria Ini Membengkak karena Suntikan
3. Orgasme olahraga (Coregasms)
Selain hubungan seks penetrasi, masturbasi atau semacamnya, wanita juga bisa mengalami orgasme yang dipicu oleh olahraga. Menurut Debby Herbenick, PhD, seorang peneliti seks, latihan kardio dan otot inti salah satu olahraga yang membantu meningkatkan detak jantung sekaligus memicu orgasme.
Karena, olahraga ini melatih perut bagian bawah. Sedangkan, orgasme olahraga atau coregasms dimulai di otot perut Anda sebelum pindah ke bagian kewanitaan.
4. Orgasme kulit
Anda pasti pernah merasa merinding di kulit, yang mana itu termasuk jenis orgasme kulit. Orgasme kulit ini bisa terjadi ketika Anda mendengarkan musik tertentu.
Sebuah penelitian dalam jurnal Frontiers in Psychology, percaya bahwa sensasi ini terjadi akibat perubahan musik yang tak terduga, seperti nada yang lembut berubah menjadi keras.
Berita Terkait
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?
-
Pilih Buah Lokal: Cara Asik Tanamkan Kebiasaan Makan Sehat untuk Anak Sejak Dini
-
Sinshe Modern: Rahasia Sehat Alami dengan Sentuhan Teknologi, Dari Stroke Hingga Program Hamil!