Suara.com - Program vaksinasi Covid-19 telah dimulai di berbagai negara. Umumnya, jenis vaksin Covid-19 membutuhkan dua dosis untuk bisa mendapatkan perlindungan lengkap.
Meskipun mendapatkan kedua suntikan vaksin Covid-itu penting, para ahli melihat penurunan jumlah orang yang datang untuk mendapatkan suntikan. Keragu-raguan vaksin, ketakutan akan efek samping, jadwal yang tidak sesuai dan ketidaktersediaan saat ini adalah beberapa alasan mengapa dosis kedua dilewatkan.
Lantas, adakah risiko yang bisa muncul?
Dosis yang kurang dapat enyebabkan vaksin tidak bekerja sepenuhnya dengan baik. Agar vaksin apa pun bekerja dengan baik, penting juga bahwa vaksin itu diberikan di jendela tertentu, yang disebutkan di lembar fakta.
Oleh karena itu, jika seseorang gagal melakukan suntikan kedua, atau gagal mendapatkan vakasin tepat waktu, hal ini dapat menimbulkan kesulitan.
Seperti disebutkan sebelumnya, kebanyakan vaksin yang diberikan saat ini, membutuhkan dua dosis, yang mengharuskan orang datang untuk mendapatkan dosis berulang beberapa minggu setelah suntikan awal diberikan.
Meski rejimen dosis tunggal dapat menghemat persediaan dan mempercepat prosesnya, dosis vaksin yang diberikan terpisah beberapa minggu membantu memperkuat kekebalan dan menghasilkan antibodi yang diperlukan untuk menawarkan perlindungan terhadap Covid-19.
Dua dosis penuh vaksin diperlukan untuk menawarkan perlindungan penuh terhadap virus mematikan. Perlu dicatat bahwa meski satu dosis vaksin juga dapat menawarkan beberapa tingkat perlindungan, dosis kedua akan menawarkan kemanjuran penuh saat ini.
Misalnya, jika suatu vaksin memiliki tingkat kemanjuran 94 persen, dosis awal mungkin menawarkan perlindungan 60 persen, sementara mendapatkan dosis kedua akan membantu seseorang mengamankan tingkat kemanjuran penuh, yaitu 94%.
Baca Juga: Imbas Pandemi Covid-19, Pemko Medan Kurangi Gaji PHL
Dalam banyak kasus, mendapatkan dosis kedua dari vaksin juga dapat memperkuat jumlah antibodi bagi mereka yang mungkin memiliki sistem kekebalan yang tidak berfungsi dengan baik, atau kekebalan yang terganggu, yang mungkin tidak melihat vaksin bekerja dengan baik dengan suntikan pertama.
Waktu tunggu antara dosis vaksin juga dapat berbeda berdasarkan jenis vaksin yang diberikan, dan bahan di dalamnya. Di Indonesia setiap orang butuh jeda paling tidak dua minggu sebelum mendapat vaksin dosis kedua.
Dibandingkan dengan ini, vaksin mRNA, seperti Moderna dan Pfizer memiliki waktu tunggu yang relatif lebih lama. Suntikan kedua Pfizer diberikan 21 hari setelah dosis pertama, sedangkan suntikan Moderna diberikan tepat 28 hari setelah suntikan pertama.
Ada keraguan besar yang mengkhawatirkan orang-orang yang mungkin melewatkan dosis vaksin mereka sekarang.
Meskipun vaksin memiliki periode waktu inokulasi yang 'direkomendasikan' yang ideal (3-6 minggu, seperti disebutkan di atas), tidak dapat disangkal bahwa tidak mendapatkan suntikan kedua, atau penundaan dalam suntikan kedua akan membuat vaksin sama sekali tidak efektif.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dalam pernyataan sebelumnya juga telah membicarakan hal yang sama. Dengan memperhitungkan berbagai kesenjangan dan tidak tersedianya vaksin, para pejabat mengatakan bahwa meskipun mungkin ideal bahwa vaksin disuntikkan "sedekat mungkin dengan interval yang disarankan", dosis vaksin masih dapat ditunda hingga beberapa saat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?