Suara.com - Di masa pandemi virus corona Covid-19 sekarang ini, keterbatasan interaksi sosial membuat semua orang mengandalkan media sosial untuk berinteraksi. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko seseorang kecanduan media sosial, yang mana sudah jadi permasalahan sejak lama.
Dr Octaviani Indrasari Ranakusuma, Fakultas Psikologi Universitas YARSI, Jakarta Pusat, menjelaskan bahwa kecanduan juga disebut adiksi yang disebut kejangkitan suatu kegemaran hingga lupa dengan hal-hal lainnya.
Menurutnya, kecanduan terhadap sesuatu tidak bisa langsung terbentuk dengan sendirinya, tetapi ada suatu proses.
Dalam hal ini, orang dewasa harusnya sudah paham ketika mulai tergantung pada aktivitas tertentu, seperti menggunakan media sosial. Sehingga, Anda bisa menghentikannya sebelum berkembang menjadi kecanduan.
"Kita setiap individu, terutama orang dewasa pada waktu kita sudah mulai tergantung pada aktivitas tersebut. Kemudian kita harus mewaspadai adanya dependensi yang bisa berkembang jadi kecanduan," kata Dr Octaviani dalam LPDS Virtual Class "Solusi Jitu Saat Kecanduan Medsos" melalui YouTube LPDS Virtual-Class, Rabu (24/03/2021).
Jika seseorang sudah kecanduan media sosial dan berusaha menghentikannya, tindakan ini pastinya akan memberikan dampak psikologis dan fisiologis.
Adapun dampak psikologisnya termasuk extreme moodiness, mudah tersinggung dan uring-uringan. Sedangkan, dampak fisiologisnya bisa menyerupai orang kecanduan narkoba, seperti mual, berkeringat, sakit kepala, insomnia dan reaksi lain terkait stres.
Selain itu, Dr Octaviani juga memberikan solusi menghadapi anak yang kecanduan media sosial atau bermain gadget. Ia menyarankan orangtua tak seharusnya memberi mereka hukuman.
"Jangan diberikan hukuman, karena anak sering kali tidak tahu kenapa dia menyukai media sosial, mereka hanya merasa senang melakukan itu," jelasnya.
Baca Juga: Dua Kali Terinfeksi Virus Corona, Pria Ini Akhirnya Berani Berbagi Kisah
Sehingga, ia menganjurkan orangtua mengajak anak-anak melakukan aktivitas lain yang memberikan rasa senang sama, seperti ketika anak-anak bermain gadget.
Ia merekomendasikan orangtua mengajak anak bermain di luar ruangan untuk menyaksikan hal-hal baru. Tapi, ia juga mengingatkan orang dewasa yang menemani anak-anak juga harus meninggalkan gadget.
"Siapapun yang menemani anak harus melepaskan handphone. Karena, anak belajar dari yang mereka lihat," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025